Perempuan memiliki peran penting dalam menciptakan keadilan gender dan mengubah stigma yang selama ini membatasi keberadaan mereka. Dalam novel Karsa karya Elizabeth Alicia, berbagai kisah menggambarkan perjuangan perempuan yang berani melawan ketidakadilan, mendobrak norma sosial, dan memperjuangkan eksistensi diri. Perempuan tidak lagi sekadar menjadi objek, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan yang mendorong transformasi masyarakat menuju kesetaraan.
Berikut adalah beberapa peran aktif perempuan dalam tokoh Anjani-Novel Karsa yang dapat kita implementasikan untuk mencapai keadilan gender dan meningkatkan kualitas SDM Perempuan:
1. Intelektualitas Perempuan Sebagai Wadah Emansipasi
Salah satu jalan menuju keadilan gender adalah melalui intelektualitas. Dalam novel ini, tokoh Raden Ajeng Anjani tampil sebagai figur perempuan yang berpengetahuan luas dan berkomitmen untuk berbagi ilmu dengan sesamanya. Ia tidak hanya memperkaya dirinya melalui literasi, tetapi juga membantu orang lain, seperti Asih, untuk memahami pentingnya pendidikan. Kutipan:Â "Anjani mengajari Asih membaca huruf latin hanya dengan bantuan kertas lusuh dan pena saja." (Alicia, 2023:101).
Intelektualitas mampu membuka mata masyarakat bahwa perempuan bukan hanya sosok domestik, melainkan individu yang dapat memberikan kontribusi besar bagi perubahan sosial.
2. Perempuan Sebagai Agen Transformasi Sosial
Transformasi menuju keadilan gender memerlukan peran aktif perempuan. Dalam Karsa, Anjani menjadi simbol perubahan dengan mendirikan sekolah yang bertujuan memberdayakan kaum perempuan. Dedikasinya tidak terhenti meski menghadapi stigma sosial dan tanggung jawab sebagai ibu. Dukungan dari para aktivis perempuan dan laki-laki, termasuk suaminya, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam mengubah struktur sosial patriarkal. Kutipan: "Meskipun telah berkeluarga dan memiliki anak, Anjani tetap tidak meninggalkan sekolahnya yang kini telah diperluas atas izin pemerintahan sendiri." (Alicia, 2023:268).
Perjuangan ini membuktikan bahwa perempuan adalah pelaku aktif perubahan sosial yang mampu menginspirasi laki-laki untuk melihat perempuan sebagai mitra sejajar dalam membangun masyarakat.
3. Penolakan Perempuan atas Posisi "Liyan"
Perempuan sering kali ditempatkan sebagai liyan---pihak yang dianggap berbeda dan subordinat. Namun, eksistensi perempuan yang kuat mampu meruntuhkan pandangan ini. Dalam novel, Anjani menolak dianggap lemah atau tidak mampu. Ia menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat kolonial dengan keberanian luar biasa, menegaskan bahwa perempuan memiliki kemampuan setara dalam menghadapi tantangan. Kutipan: "Bukankah seharusnya Anda takut, Meneer? Sebab ternyata seorang wanita bumiputra pun bisa menjadi ancaman."Â (Alicia, 2023:332).
Penolakan terhadap posisi subordinat ini tidak hanya mengubah pandangan masyarakat tetapi juga menunjukkan bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin dan penentu masa depan.
Feminisme untuk Mengakhiri Diskriminasi
Feminisme bukanlah perlawanan terhadap laki-laki, melainkan gerakan untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan. Kisah dalam Karsa menunjukkan bahwa keadilan gender hanya dapat tercapai ketika perempuan dan laki-laki bekerja bersama untuk menghancurkan prasangka gender.
Dengan intelektualitas, keberanian, dan semangat perubahan, perempuan seperti Anjani membuktikan bahwa mereka mampu menjadi agen perubahan yang mewujudkan keadilan gender sekaligus meningkatkan Kualitas SDM perempuan. Novel ini menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk kesetaraan bukan hanya milik perempuan, tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat.
Kesimpulan
Melalui tokoh Anjani dalam novel Karsa dapat disimpulkan bahwa perempuan memiliki peran krusial dalam mencapai keadilan gender melalui berbagai bentuk pemberdayaan, seperti intelektualitas, keberanian, dan peran sebagai agen transformasi sosial. Dalam novel Karsa karya Elizabeth Alicia, tokoh Anjani menggambarkan perjuangan perempuan untuk mendobrak stigma sosial, menolak posisi subordinat, dan menunjukkan bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin yang inspiratif.
Melalui pendidikan, kolaborasi dengan laki-laki, dan penolakan terhadap diskriminasi, perempuan dapat memperkuat posisinya sebagai individu yang setara dan berkontribusi signifikan terhadap transformasi masyarakat. Feminisme dalam konteks ini tidak hanya memperjuangkan hak perempuan, tetapi juga mendorong seluruh masyarakat untuk bekerja sama menghapus prasangka gender, sehingga tercipta kesetaraan yang adil dan bermartabat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI