Mohon tunggu...
Nafila Amalia
Nafila Amalia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswa

hobi membaca artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Hati Pepohonan

6 April 2024   22:25 Diperbarui: 6 April 2024   22:31 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yang mereka pikirkan hanya uang, uang dan uang. Apakah mereka tak sadar bahwa jika menebangku akan membuat mereka kepanasan bahkan hingga jatuh sakit. Aku, aku bukankah lebih berguna saat hidup dibanding ketika mati. Atau aku salah kaprah bahwa lebih baik mati, jika aku mati aku bisa menjadi meja, kertas bahkan-

    Heh, jangan berpikir begitu mau bagaimanapun juga kita lebih lebih bermanfaat saat masih hidup. Kita bisa mencegah berbagai bencana yang menyusahkan mereka juga memberi tambahan oksigen itu tidak bisa dibandingkan dengan hanya menjadi selembar kertas kosong ataupun ranjang. itu tak bahkan tak seberapa.

    Kalian salah, manusia juga salah. Jika memang kita sudah tua dan rapuh bukankah lebih baik kita ditebang, terima sajalah takdir kita. Daripada roboh tanpa aba-aba menyebabkan adanya korban jiwa dan fisik. Manusia pun salah mereka seenaknya saja mengeksploitasi kita. Andaikan mereka mau menanam bibit bibit baru agar setidaknya tak ada spesies yang punah. Tentu kami akan ikhlas menerimanya.

 Namun itu hanyalah perandaian. Entah mereka yang membaca mau mewujudkannya atau tidak.  Semua hal harus berjalan seimbang. Bayangkan jika semua pohon tak bisa ditebang karena ketidakmauan mereka, mungkin kita tidak tinggal di rumah melainkan rumah pohon 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun