Kadang kala, kita ingin mengekspresikan diri di media sosial melalui tulisan. Entah itu perihal kebucinan pada pacar, buat mengkode gebetan, sekedar sambat, atau bahkan untuk bersuara perihal suatu isu.
Akan tetapi, sebelum itu terlaksana kita kerap layu sebelum mekar. Mundur sebelum perang. Faktor paling sering adalah karena kita takut di-judging orang lain. Terlebih-lebih dikatain sebagai seorang alay, khususnya jika membuat status bertema kegalauan. Kekhawatiran ini membuat kita kerap kicep duluan.
Menghadapi dilema ini, saya punya jurus rahasia yang bisa jadi ampuh dipraktekkan sebagai penangkal cap alay yang ditakutkan, yakni membuatnya menjadi puisi.
Ya! Anda tak salah baca.
Dengan membuat puisi, anda bisa menyulap keluh kesah atau bahkan misuh-misuh dengan lebih elegan. Dengan puisi, kebucinan anda pun tak akan dianggap membuat gumoh, atau setidaknya memperkecil peluang buat jadi bulan-bulanan tongkrongan.
Mungkin anda berpikir, kalau menulis uneg-uneg dalam bentuk caption saja sudah bikin keringat dingin, paranoid karena penilaian orang, apalagi menulis puisi!
Tapi tenang, saya mempunyai empat tips jitu dan simpel yang bisa anda gunakan sebagai bekal untuk itu.
Simak ya! Nih:
Pertama, tulis saja dulu!
Beranilah! Ambil resiko! Tak usahlah terlalu ambil pusing akan pendapat orang, apalagi yang toxic dan memojokkan. Anggap saja itu sebagai kentut yang numpang lewat.