Malang – Pada Minggu (07/09/2025), Mahasiswa Kelompok 7 Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) BEM Fakultas Ilmu Budaya melaksanakan sosialisasi pembuatan hidroponik kepada ibu-ibu PKK Desa Petungsewu Barat RT 11, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Kegiatan berlangsung sejak pukul 09.00 WIB di posko panti desa setempat.
Kehadiran mahasiswa disambut hangat oleh warga. Para peserta terlihat antusias mengikuti jalannya kegiatan, bahkan bersemangat mencoba praktik langsung menanam sayuran dengan metode hidroponik. Meskipun sederhana, momen praktik bersama tersebut menambah semangat dan rasa kebersamaan.
“Alhamdulillah, ibu-ibu PKK sangat antusias mengikuti praktik hidroponik hari ini. Kami berharap setelah ini mereka bisa mencoba secara mandiri di rumah dan merasakan manfaatnya,” ujar Ketua Kelompok 7, Naifa Elmanda.
Dalam pelatihan, mahasiswa memberikan materi mulai dari persiapan alat dan bahan, pemilihan media tanam, hingga cara perawatan. Praktik yang dilakukan meliputi pembuatan wadah hidroponik sederhana dari botol bekas serta pemindahan bibit sayuran, seperti selada, kangkung, dan pakcoy.
Program ini dirancang untuk memperkenalkan sistem pertanian modern yang efisien, hemat lahan, serta menghasilkan sayuran yang lebih sehat. Tanaman yang dipilih, seperti selada, kangkung, dan pakcoy, dinilai cocok untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga sekaligus berpotensi menjadi peluang usaha kecil.
Warga pun menyampaikan apresiasi atas kehadiran para mahasiswa. Bagi mereka, kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga membuka inspirasi agar pertanian hidroponik dapat dikembangkan sebagai alternatif usaha produktif.
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa juga membagikan poster berisi langkah-langkah pembuatan hidroponik yang mudah diterapkan di rumah. Poster ini menjadi panduan praktis agar warga tidak hanya memahami secara lisan, tetapi juga memiliki pegangan tertulis saat ingin mencoba kembali secara mandiri. Mahasiswa juga menyampaikan bahwa mereka siap mendampingi warga yang mengalami kendala teknis di kemudian hari.
Antusiasme warga terlihat tidak hanya dari keikutsertaan dalam praktik, tetapi juga dari banyaknya pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi. Beberapa peserta bahkan langsung meminta informasi tempat pembelian nutrisi tanaman dan jenis bibit yang mudah tumbuh di lingkungan mereka. Hal ini menunjukkan adanya ketertarikan nyata untuk mengembangkan hidroponik sebagai bagian dari aktivitas produktif sehari-hari.
Salah satu warga, Ibu Tutik, mengaku senang dengan kegiatan ini. “Saya baru tahu ternyata menanam sayuran bisa dengan botol bekas. Ini sangat membantu, apalagi kalau bisa dikembangkan jadi usaha kecil-kecilan di rumah,” tuturnya. Ia berharap kegiatan serupa bisa terus dilakukan agar masyarakat desa makin kreatif dalam memanfaatkan peluang yang ada.
Melalui sosialisasi ini, mahasiswa berharap masyarakat mampu melanjutkan praktik hidroponik secara mandiri. Dalam jangka panjang, keterampilan tersebut diharapkan bisa mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama berbasis pertanian modern di Desa Petungsewu.