Dunia sedang sakit
Semua orang tenggelam dalam pikiran nan sempit
Berkelung dijaga sunyi
Tak berani melihat keluar dari dalam diri
Dari balik pintu rumahku
Kulihat gembel itu begitu lusuh
Berteduh di bawah atap teras rumahku
Berteman seringai angin dan langit hitam yang wajahnya tak menentu
Apakah ia tak takut bahwa dunia sudah mengkerut
Apakah ia tak gentar bahwa dunia tengah menggelepar
Apakah ia tak sakit bahwa dunia mungkin menjelang koit
Apakah ia tak sedih bahwa dunia mungkin sudah tak kuat lagi
Apakah ia tak marah bahwa dunia tengah menebar bencana pada manusia
Kepada gembel di luar sana
Aku malu padamu
Bergegas kubuka pintu rumahku keluar dengan rasa rentan
Kuulurkan sepotong roti dan segelas susu agar perutnya terganjal
Kuberikan tikar, bantal, dan selimut kumal yg hendak di buang ibu ke pembuangan sampah dekat kanal
Kuulurkan padanya baju bekas ayah, ia terima semua sambil menatapku nanar
Airmataku berlinangan entah menangisinya ataukah keadaan
Dunia tengah berada dalam kelimbungan
Tetapi tak kudapati pada matanya setitikpun awan
Kepada gembel di luar sana
Aku berhenti menangis dan menatapnya dari dalam jendela rumah
Tentang dengkurmu yang tak lama melena
Sementara tak terhitung banyaknya jiwa tak nyenyak tidurnya sekalipun dalam bilik-bilik bak istana
Kepada gembel di luar sana
Kau tidak membutuhkan kabar-kabur tentang dunia
Karena mungkin kau begitu dekat dengan Dunia yang sebenarnya
(Banyuwangi, 01 April 2020, Nadya Nadine).