Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepatu

21 Januari 2020   11:30 Diperbarui: 21 Januari 2020   11:40 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: freepik.com/javi_indy)

akar berdirimu berpijak dari situ
kedua kakimu tertanam begitu lugu
terbungkus rapih nan ayu
melindunginya dari kotor dan receh debu

menyelimutinya dari dingin malam
dan panasnya terik siang
menyembunyikannya atas rasa malu dari kaki yang bertelanjang tak berilmu
menghindarkannya dari bahaya benturan tak menentu

menolesnya dengan hargadiri dan kehormatan
melapisinya dengan rasa gengsi dalam wibawa nan elegan

sepatu,
tak sekedar alas kaki
di situ,
tiang-tiang hidupmu bertumpu

sebagaimana perjalanan peradaban telah berganti
kesilaman usang telah berlalu pergi
langkah-langkah harus dipersiapkan
terus menapaki tangga-tangga kehidupan yang terus menanjak tinggi

sepatu,
semakin banyak berjasa
dan menjadi sangat berarti
sehingga kebutuhan datang terus menghampiri

tapi,
sepatu
seringkali juga membuat malu
karena kerap menjadi bau
oleh sebab keringat dungu

(Denpasar-Bali, Kamis 25 Desember 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun