Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terlalu Pagi untuk Menyerah

19 Januari 2020   06:24 Diperbarui: 19 Januari 2020   06:39 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Surrendered-Deborah Nell/Pixels.com)

hari terlalu dini untuk berhenti meniti
tapi di jalanku,
kerikil-kerikil kehidupan semakin tajam
sementara di lautku,
riak ombak, gelombang, terlalu keras menghantam
kutertatih letih sempoyongan

hari terlalu pagi untuk menyerah kalah
tapi di hamparan sekelilingku,
batu-batu sandungan semakin menghadang
di samuderaku,
badai terlalu keras menghempas
kuterseok-tersuruk, roboh-runtuh, lelah-lunglai, binasa,
nyaris mengibarkan bendera kalah

semakin kuterhimpit,
semakin kuterjepit,
semakin kuterjungkal jauh dari dunia
dan,
semakin aku tak terjamah,

tetap terlalu pagi untuk mengakhiri seglanya
sementara air, udara, api, dan tanah,
masih setia ada bersama
sebagai berkah
yang lupa disyukuri adanya

(Denpasar-Bali, Jum'at 21 November 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun