Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Terdampar

19 Januari 2020   10:00 Diperbarui: 19 Januari 2020   10:01 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:Castaway (AndrewJohn2011/Flickr.com)

dulu ketika belum terdampar ke setiap persinggahan
begitu banyak pintu terlihat melambai
tapi menutup saat didekati
sungguh hanya mengiming-imingi

hanya setelahnya pintu-pintu itu kembali membuka
sementara telah lumpuh kaki ini melupakan langkah

seharusnya perjalanan itu tak terikat janji terhadap kaki

maka terdampar adalah ladang duri-duri
memacu erangan mencambuk rintih
untuk tiba di pencapaian lagi dan lagi

(Denpasar-Bali, Senin 17 November 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun