Mohon tunggu...
Nadya Ayu
Nadya Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai psikologi, sastra, dan fesyen.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Langkah Kecil Menangani Sampah Bersama Zero Waste Lifestyle

9 Januari 2024   18:24 Diperbarui: 9 Januari 2024   18:38 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penumpukkan sampah sepertinya sudah menjadi rahasia publik, diiringi oleh pemanasan global, perubahan iklim, dan kawan-kawannya. Contoh kasusnya saja, dikutip dari Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2022, tercatat bahwa hasil input dari 202 kabupaten/kota se Indonesia memiliki jumlah timbunan sampah secara keseluruhan (nasional) diangka 21.1 juta ton. 

Dimana dari total jumlah produksi sampah tersebut, terdapat sebesar 65.71% (13.9 juta ton) sampah yang masih dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) sampah masih belum bisa terkelola dengan baik.

Namun, rahasia umum yang berisikan masalah itu memang sangat sulit untuk diselesaikan, yang akhirnya membuat beberapa masyarakat menutup mata, menjauh, atau terdiam karena tidak tahu apa-apa. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar, karena pada dasarnya individu akan memilih untuk menjauhi hal-hal yang dirasa tidak mengenakkannya. Fenomena tersebut disebut avoidance modus, yaitu ketika individu memilih untuk menjauh dari sebuah objek persepsi (Hesselgren, 1975).

Meskipun begitu, beberapa aspek memang bisa diselesaikan dengan beberapa kebijakan pemerintah, namun tidak semata-mata lantas kita angkat tangan. Lalu, apa yang sebenarnya bisa kita lakukan?

Mari berkenalan dengan zero waste lifestyle. Mengutip dari situs Dampak Sosial Indonesia (2022), Zero waste lifestyle merupakan sebuah filosofi yang dapat dijadikan sebagai gaya hidup seseorang dengan tujuan untuk mengoptimalkan siklus hidup dan bersikap bijak dalam mengkonsumsi makananan. 

Zero waste lifestyle juga mengajarkan 2 kita untuk menjauhi penggunaan single use plastic atau plastik sekali pakai, agar tujuan sampah-sampah tadi tidak di kirim ke landfill (lahan tanah pembuangan akhir). Zero waste lifestyle ini bukan semata-mata bertujuan untuk membantu penanganan pemanasan global, namun dapat menjadi bagian dari pola hidup bersih dan sehat.


Dapat disimpulkan disini kalau zero waste lifestyle tidak hanya membahas tentang bagaimana kita mengenai daur ulang, tetapi mencakup refuse (Menolak), reduce (mengurangi), dan reuse (penggunaan kembali). Selain itu, gaya hidup zero waste ini menantang masyarakat untuk mengevaluasi gaya hidupnya, salah satunya dengan cara melihat bagaimana yang kita mengonsumsi, membeli, dan memproduksi sesuatu.

Pada penerapan gaya hidup ini, sampah yang akan dikelola merupakan sampah yang dihasilkan oleh diri kita sendiri. Dimana hal ini bermaksud untuk menjaga kelestarian lingkungan, dimana dalam penerapannya dimaksudkan untuk mengatur produksi dan konsumsi berkelanjutan, mengoptimalisasi daur ulang, dan memulihkan sumber daya dengan pemulihan semua produk, kemasan, dan bahan yang telah menjadi sampah tanpa membakarnya dan membuangnya ke tanah, air, atau udara yang dapat mengancam lingkungan atau kesehatan manusia (Zaman, 2015).

Lalu, bagaimana cara kita memulai gaya hidup ini? Mengutip dari Enesis Group (2023), terdapat enam cara yang bisa kita, sebagai pemula, terapkan untuk memulai gaya hidup zero waste lifestyle, diantaranya:

 1. Manfaatkan bahan-bahan atau barang yang ramah lingkungan

Mulai menggunakan peralatan ramah lingkungan yang kuat dan tahan lama, seperti menggunakan pembalut dari kain yang ramah lingkungan, botol minuman dari stainless steel/kaca, tote bag untuk belanja, dan sebagainya. Hal ini bermaksud agar kita tidak mudah untuk mengganti barang yang nantinya hanya berakhir di tempat sampah.

 2. Mulai mencoba mendaur ulang barang yang sudah tidak terpakai

Terdapat beberapa jenis sampah yang bisa kita daur ulang menjadi barang-barang baru, seperti plastik, kaca, kaleng logam/metal, kertas, minyak jelantah, dan sampah organik (untuk pupuk kompos dan sebagainya) (Waste4Change, 2023). 3 Namun, mendaur ulang tidak melulu soal bagaimana mengubah bentuk, kita bisa mulai dari langkah terkecil seperti memberikan atau mendonasikan barang-barang yang sekiranya masih layak pakai, namun sudah tidak kita butuhkan. Contoh barang-barang yang bisa kita berikan adalah pakaian, elektronik, dan perabotan rumah tangga.

 3. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai

 Plastik adalah salah satu bahan yang paling sulit terurai dan sering menjadi penyebab utama dalam kasus pencemaran lingkungan. Dengan mengurangi atau meniadakan penggunaan plastik sekali pakai, yaitu dengan cara sebisa mungkin menggunakan wadah sustainable dari bahan kain, kaca, katu, dan sebagainya maka kemungkinan besar kita bisa mengurangi satu aspek yang paling mencemari lingkungan.

 4. Gunakan layanan pesan antar secukupnya

 Bila tidak dalam keadaan mendesak, kita bisa coba mengurangi penggunaan kemasan dan limbah dengan memanfaatkan layanan pesan antar makanan atau barang, dengan cara menghindari penggunaan kemasan sekali pakai dan meminta untuk tidak menyertakan sedotan, sendok, atau lainnya yang hanya bisa digunakan satu kali. 

5. Jauhi gaya hidup konsumtif

 Kita bisa memulai dengan cara paling mudah, yaitu mengurangi limbah makanan. Dimana sebelum kita berbelanja, usahakan kita selalu merencanakan pembelian makanan agar nantinya kita hanya membeli makanan yang diperlukan dan bisa kita habiskan. 

Selain itu, berhubungan dengan pembelanjaan online, Alih-alih tergoda oleh tren dan perilaku konsumtif, khususnya pada promo angka kembar, kita bisa menerapkan zero waste lifestyle dengan cara membeli barang yang benar-benar kita butuhkan. Selain menghemat uang, tindakan ini juga mengurangi jejak karbon.

6. Pisahkan sampah organik dan anorganik

Memisahkan sampah organik dan anorganik bermaksud agar daur ulang sampah bisa dibuat lebih mudah. Salah satu contoh penerapannya adalah sampah organik, seperti sisa-sisa makanan, dapat digunakan untuk pembuatan pupuk kompos. Sedangkan, sampah anorganik, seperti plastik, kertas, logam, dan sebagainya dapat didaur ulang menjadi aneka kerajinan yang bermanfaat. 

Semoga bermanfaat!

REFERENSI

Dampak Sosial Indonesia. (2022, 23 Maret). Memahami dan memulai Zero Waste lifestyle. Diakses pada 4 Januari 2024, dari https://dampaksosial.id/en/insight/memahami-dan-memulai-zero-waste-lifestyle/.

Enesis Group. (2023, 17 Mei). Zero Waste Lifestyle: Pengertian, Manfaat, Prinsip & Caranya. Diakses pada 4 Januari 2024, dari https://enesis.com/id/artikel/zero-waste-lifestyle-adalah/. 

Hesselgren, S. (1975). Man's Perception of Man-Made Environment. Dowden: Hutchinson & Ross, Inc.

Waste4change. (2023, 26 September). Daur Ulang Sampah dan Upaya Atasi Penumpukan Sampah. Diakses pada 4 Januari 2024, dari https://waste4change.com/blog/daur-ulang-sampah/. 

Zaman, A. U. (2015). A comprehensive review of the development of zero waste management: lessons learned and guidelines. Journal of Cleaner Production, 91, 12--25. doi:10.1016/j.jclepro.2014.12.01/

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun