Sepasang suami istri sedang menantikan kelahiran buah cinta mereka. Betapa bahagianya, lima tahun menunggu akhirnya Allah mengabulkan. Sepasang bayi kembar, menurut prediksi dokter bersemayam di rahim sang istri.
Akhirnya hari yang ditunggu tiba, sepasang bidadari cantik yang telah mereka harapkan. Tetapi mereka begitu kecewa, salah seorang putri mereka, walau cantik memiliki tanda lahir hitam di atas kening. Akhirnya bayi dengan tanda lahir tersebut mereka berikan kepada bi Asih pembantu mereka, untuk di asuh.
Vina dan Veni nama kedua bayi kembar tersebut. Vina yang memiliki tanda lahir. Bayi Veni diasuh dengan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sejak kecil hingga dewasanya Veni menerima perhatian dan cinta kasih kedua orang tuanya. Sedang Vina hidup sederhana sebagai seorang anak pembantu.
Veni hidup bak ratu, vina diperlakukan seperti upik abu. Untuk mencukupi keperluan sekolahnya Vina bekerja sepulang sekolah, di rumah makan. Orang tuanya tak mau membiayai, semua dibebankan kepada bi Asih.
Tak terasa kini keduanya telah dewasa. Seorang pemuda kaya raya, pemilik beberapa perusahaan di kota mereka. Berwajah tampan, hanya lumpuh dan duduk di kursi roda, ia melamar Veni untuk menjadi istrinya. Bu Asih dan pak wawan panik, ia sangat ingin memiliki menantu yang kaya raya.Â
Tetapi Veni menolak, dikarenakan Bayu seorang lelaki cacat. Karena tak ada pilihan, akhirnya Vinalah yang dipaksa untuk menggantikan menjadi istri Bayu.Â
Kedua orang tua mereka, tak ingin anak kesayangannya Veni mendapat seorang suami yang cacat. Sedang bagi mereka, Vina sudah tak diakui sebagai anak, sejak bayi. Walau wajah mereka serupa, tetapi pak wawan dan bu Asih, malu mengakui jika Vina adalah anak mereka juga.
Veni berwatak manja, kasar, senang berfoya-foya,tidak mandiri, sedang Vina seorang gadis sopan, lemah lembut, sederhana, serta mandiri. Wajah keduanya sama, seperti pinang dibelah dua, yang membedakan hanya tanda lahir hitam yang ada di wajah Vina.Â
Bayu menyetujui Vina menjadi istrinya, karena ia melihat sikap Vina yang bertolak belakang dari Veni. Ia malah bersyukur mendapatkan istri seperti Vina. Untuk tanda lahir yang menutupi keningnya, bisa dihilangkan melalui operasi plastik.
Tibalah waktu pernikahan antara Vina dan Bayu. Vina dengan ikhlas menerima lamaran lelaki tersebut. Siapapun jodohnya, semua sudah menjadi ketetapan Tuhan, ia hanya cukup menjalani takdir yang menghampiri. Bayu datang dengan kursi roda bersama rombongan keluarganya.Â
Tampak rombongan mobil mewah dengan penumpang yang juga berpenampilan mewah. "Tetapi Veni tak ambil pusing, ia malah bersyukur tak perlu menikah dengan lelaki cacat tersebut. Ia sangat sempurna, karena itu ia begitu yakin dengan kecantikannya , masih banyak lelaki yang siap menjadi suaminya. Mungkin lebih kaya dari bayu, pikirnya."