Mohon tunggu...
Nadya Agus Salim
Nadya Agus Salim Mohon Tunggu... Guru - Seorang Penulis yang juga berprofesi sebagai pendidik

Nadya. terkenal dengan nama Pena Nadya Agus Salim ,. Ibu dua orang anak ini adalah seorang guru SMK yang memiliki hobby menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Attitude is Everything

14 Agustus 2021   08:51 Diperbarui: 14 Agustus 2021   08:51 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Embun masih belum beranjak dari dedaunan. Rembulan masih samar terlihat. Rina telah beranjak menuju dapur. Pekerjaan menggunung telah menunggunya. 

Cucian piring, baju kotor, membersihkan rumah, serta masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakannya. Ia menantu di rumah besar itu. Rina seorang gadis cantik.

 Kemiskinan membuat ia hanya bersekolah sampai SMP. Ayah dan ibunya hanya bekerja sebagai pemulung. Adiknya Rani harus bekerja sambilan di laundy sepulang sekolah. Ia seorang siswa SMA. Demi bisa bersekolah ke jenjang lebih tinggi. Ia harus bersekolah sambil bekerja.

Wira, suami dari Rina tak bekerja. Sejak kakinya cacat (hanya sebelah), karena kecelakaan yang menimpanya sepulang kerja. Ia di keluarkan dari kantor. 

Akhirnya mereka hanya bisa menumpang di rumah orang tua Wira. Rina bekerja ibarat pembantu. Melayani semua penghuni rumah, demi dapat makan sepiring nasi. Walau makanan yang ia dan suaminya dapatkan. Menunggu sisa, setelah semua penghuni rumah selesai makan.

Di rumah besar tersebut. Ada ibunya Wira. Adiknya Maya. Abangnya Dika beserta istrinya Luci. Karena dianggap menumpang. Wira dan Rina harus rela mengabdi di rumah besar tersebut. 

Hujatan, cacian, bentakan, kadang perlakuan fisik, Rina terima. Namun suaminya Wira, tak dapat berbuat apa-apa. Istri dari Dika, seorang sarjana.

Adiknya Maya sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Pendidikan Rina dan latar belakang keluarganya yang miskin membuat ia sering dihina. Mertuanya sejak dari awal, memang tak merestui pernikahan mereka. Ia malu karena memiliki besan seorang pemulung.

"Rina. Dasar menantu bodoh. Sudah miskin. Tak sekolah. Kerja lelet lagi," umpat mertuanya. Bu Leha, mertuanya. Selalu membandingkan dirinya dengan Luci dan Maya.

Rina hanya terdiam. Ia berdoa semoga Allah memberikannya rezeki. Hingga ia dan suaminya Wira dapat hidup mandiri. Suaminya Wira. Tak mengetahui. 

Di malam hari. Berbekal handphone butut. Rina menjadi seorang penulis di aplikasi online berbayar. Kini penghasilannya sudah puluhan juta. Ia berencana akan membuka toko klontong. Sementara ini ia menunggu tabungannya banyak. Setelah itu, ia akan mencari ruko, sekaligus untuk tempat tinggal mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun