Fenomena galbay juga tidak bisa dilepaskan dari perubahan nilai dan norma sosial di era digital. Gaya hidup instan, keinginan untuk selalu tampil mewah, serta tekanan dari media sosial telah mendorong orang-orang, terutama generasi muda, untuk meminjam uang demi memenuhi standar sosial yang tidak realistis. Budaya konsumtif ini tumbuh subur di tengah masyarakat yang masih rendah literasi finansial, dan akhirnya menciptakan siklus utang yang sulit diputuskan. Gaya hidup yang dibentuk oleh media digital ternyata mendorong masyarakat untuk mengambil keputusan finansial yang berisiko tinggi demi mempertahankan citra diri.Â
Galbay Bukan Cuma Soal Utang, Tapi Juga Soal Pendidikan.
Kalau dipikir-pikir, fenomena galbay ini bukan cuma permasalahan soal ekonomi atau keuangan pribadi, tapi juga ada kaitannya dengan pendidikan. Banyak dari kita yang belum memahami bagaimana cara mengatur keuangan sejak kecil. Di sekolah, pelajaran soal keuangan pribadi, cara mikir sebelum ngutang, atau risiko dunia digital kayak pinjol, hampir tidak pernah diajakrkan, padahal ilmu tersebut berguna kedepannya dalam menghadapi permasalahan keungan.
Dari sisi pendidikan, ini jadi semacam pertanda bahwa kita perlu pendidikan yang tidak hanya fokus ke nilai akademis saja, tapi juga yang mengajarkan mengenai soal literasi keuangan, karakter, dan pengambilan keputusan yang bijak. Semestinya sekolah dan kampus bisa memberikan bekal agar siswa dan mahasiswa tahu bagaimana membedakan antara kebutuhan dengan keinginan, mengerti bagaimana cara mengatur duit bulanan, dan sadar kalau gaya hidup itu nggak perlu dipaksain pakai utang.
Selain itu, fenomena galbay juga memperlihatkan kepada masyarakat kalau banyak dari mereka yang belum paham hak dan kewajiban mereka dalam dunia digital. Edukasi soal dunia digital dan keuangan harusnya jadi hal wajib di era sekarang, biar nggak gampang ketipu atau terjerat pinjol ilegal.
Fenomena galbay tidak bisa lagi dilihat sebagai kegagalan personal atau semata-mata sebagai ketidakmampuan membayar utang. Fenomena gagal bayar merupakan cerminan dari berbagai persoalan sosial, mulai dari ketimpangan ekonomi, rendahnya literasi keuangan, relasi kuasa dalam sistem pinjol, hingga perubahan nilai dalam masyarakat digital. Oleh karena itu, penyelesaiannya tidak cukup hanya dengan penindakan hukum terhadap peminjam atau pengetatan aturan oleh perusahaan pinjol. Perlu ada pendekatan sosial yang lebih komprehensif, seperti edukasi finansial berbasis komunitas, regulasi pinjol yang melindungi konsumen, serta upaya membentuk kesadaran kolektif bahwa gaya hidup tidak boleh melebihi batas kemampuan ekonomi. Hanya dengan pendekatan holistik semacam ini, fenomena galbay bisa diminimalisir, dan masyarakat bisa kembali menjalani hidup dengan lebih sehat secara finansial dan sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI