Bayangkan kamu sedang berkendara di malam minggu. Lampu kota berkelip, jalanan ramai, dan dari kejauhan terdengar dentuman musik yang semakin keras dug dug dug! Suara itu begitu kuat sampai kaca mobilmu ikut bergetar.
Ternyata, sumbernya hanya satu: mobil dengan sound system raksasa, lengkap dengan lampu strobo dan musik remix berfrekuensi rendah.
Fenomena seperti ini kini sering disebut masyarakat sebagai “Sound Horeg” istilah untuk menggambarkan suara sound system super keras yang “mengguncang” lingkungan sekitar.
Bagi sebagian orang, ini hiburan dan gaya hidup. Tapi kalau kita lihat dari kacamata fisika, suara bukan sekadar dentuman atau getaran. Ia adalah gelombang energi yang bisa memengaruhi tubuh manusia, benda di sekitar, bahkan keseimbangan lingkungan.
Dalam ilmu fisika, bunyi merupakan gelombang longitudinal getaran partikel yang merambat melalui udara, air, atau benda padat.
Sumber bunyi seperti woofer pada mobil sound horeg akan menggetarkan udara di sekitarnya. Getaran itu kemudian menyebar sebagai gelombang tekanan yang diterima oleh telinga manusia.
Secara sederhana, hubungan antara kecepatan rambat bunyi, panjang gelombang, dan frekuensinya bisa dijelaskan dengan rumus:
dengan:
- ( v ) = kecepatan bunyi (m/s)
- ( λ ) = panjang gelombang (m)
- ( f ) = frekuensi bunyi (Hz)
Suara bass pada sound horeg punya frekuensi rendah (20–200 Hz). Panjang gelombangnya besar, sehingga mampu menjalar jauh dan terasa seperti “getaran” yang menembus dada. Karena itu, wajar kalau kaca jendela rumah bisa ikut bergetar saat mobil sound horeg melintas.
di mana:
- P = Daya sumber bunyi (Watt),
- A = Luas permukaan yang menerima bunyi (m²).