Mohon tunggu...
Nadia Zulfa
Nadia Zulfa Mohon Tunggu... Mahasantri Ma'had Aly Darul Ulum Jombang

Mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Nabi Nuh: Ketika Kepasrahan Menjadi Puncak Kesabaran

14 Oktober 2025   00:18 Diperbarui: 14 Oktober 2025   00:28 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kisah Nabi Nuh dan umatnya

Bagaimana bisa seorang Nabi yang dikenal penuh kasih sayang dan kesabaran memohon kebinasaan bagi kaumnya sendiri? Bukankah tugas para Nabi adalah mengajak manusia menuju rahmat Allah, bukan mengutuk mereka? Pertanyaan itu muncul ketika kita membaca doa Nabi Nuh 'alaihis salam yang terekam dalam Al-Qur'an:

Dan Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26)

Sekilas ayat ini terdengar keras. Namun dalam Tafsir Hidayatul Qur'an karya KH. Afifuddin Dimyathi, doa tersebut justru menggambarkan puncak kepasrahan seorang rasul setelah berabad-abad berdakwah tanpa hasil. Nabi Nuh berdakwah selama sembilan setengah abad, mengajak umatnya agar menyembah Allah semata. Namun, hanya segelintir yang beriman, sedangkan sebagian besar tetap menolak, bahkan mencemooh risalahnya. 

KH. Afifuddin menjelaskan bahwa seruan Nabi Nuh tidak hanya ditolak dengan kata-kata, tetapi juga dengan sikap kasar dan penghinaan. Mereka menutup telinga, menutup hati, dan berpaling setiap kali kebenaran datang. Setelah perjuangan yang begitu panjang, Allah pun menurunkan wahyu yang menegaskan bahwa tidak akan ada lagi yang beriman dari kaum Nuh:

Dan diwahyukan kepadanya (Nuh), "Ketahuilah, tidak akan beriman dari kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman (sejak awal), karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat." (QS. Hud: 36)

Setelah turunnya ayat ini, doa Nabi Nuh dalam surat Nuh ayat 26 menjadi bentuk penerimaan terhadap ketetapan Allah. Beliau menyadari bahwa tugasnya sebagai Nabi telah selesai dan bahwa hidayah hanyalah milik Allah. Maka doa "jangan biarkan seorang pun dari orang kafir itu tinggal di muka bumi" bukanlah ungkapan dendam, melainkan permohonan agar keburukan tidak lagi diwariskan.

Dalam pandangan KH. Afifuddin, doa tersebut juga merupakan cara Nabi Nuh memohon agar bumi disucikan dari generasi yang keras kepala dan zalim. Jika mereka tetap hidup, niscaya akan menyesatkan keturunan setelahnya. Jadi, doa ini lahir dari kasih sayang dan tanggung jawab moral seorang Nabi terhadap masa depan umat manusia.

Kisah ini tidak hanya menjadi sejarah, tetapi juga cermin bagi manusia masa kini. Banyak orang menolak kebenaran bukan karena tidak tahu, melainkan karena menolak untuk tahu. Mereka seperti kaum Nuh menutup telinga dari nasihat, menolak bimbingan, dan merasa cukup dengan keyakinan sendiri. Padahal, sebagaimana diajarkan Nabi Nuh, tugas seorang da'i atau siapa pun yang menyeru kebaikan bukanlah memastikan hasil, tetapi menyampaikan kebenaran dengan ikhlas.

Ketika seseorang sudah menutup hati, tak ada gunanya memaksa. Hidayah adalah urusan Allah, bukan hasil bujukan manusia. Dari sinilah kita belajar bahwa dalam berdakwah atau menasihati, kita perlu memiliki kesabaran dan pada akhirnya menyerahkan hasilnya kepada Allah. Nabi Nuh mengajarkan bahwa kesabaran sejati bukan berarti diam tanpa batas, tetapi terus berusaha sampai Allah sendiri menetapkan waktunya.

Doa Nabi Nuh adalah simbol dari cinta yang tegas. Ia bukan kebencian, tapi bentuk kasih yang ingin melindungi bumi dari kezaliman. Dari kisah ini, kita belajar bahwa ada kalanya cinta menuntut ketegasan bahkan terhadap mereka yang menolak kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun