Mohon tunggu...
Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Mohon Tunggu... Freelancer - Menulislah seperti dirimu sendiri

We don't know what we don't know

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sastra Indonesia yang Tak Melulu soal Prasangka dan Asmara

16 Juni 2017   22:47 Diperbarui: 17 Juni 2017   14:18 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran Belajar

Sampai saat ini, penyempitan gagasan soal wujud sastra Indonesia menjadi perkara teramat bodoh. Sastra yang hanya dinilai dari kepopuleran membuat bahan bacaan bersastra menjadi sempit. Saya mafhum, sebab tak semua orang menggeluti sastra Indonesia sebagai bagian dari aktifitas akademis mereka. 

Atau jika saya boleh ber-suudzonkarena porsi pengajaran Sasra Melayu sebagai bagian dari karya sastra teramat kecil di sekolah-sekolah. Jika boleh segeralah move on-kan porsi yang amat kecil itu daripada sekadar membaca ringkasan Gurindam Duabelas-nya Raja Ali Haji atau biografi singkat Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Dua orang yang sejauh ini paling termasyur di telinga anak-anak sekolah. Sebab sastra Melayu Klasik tidak melulu soal dua orang itu. Semoga bacaan sastra Melayu Klasik segera berubah, jika memang benar-benar ingin membaca dan bersastra. Semoga..


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun