Mohon tunggu...
NADIA ILMA NAILA
NADIA ILMA NAILA Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Etika dan Etos Dakwah

26 Juni 2025   09:01 Diperbarui: 26 Juni 2025   09:01 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dakwah merupakan salah satu pilar utama dalam pengembangan masyarakat Islam, tidak hanya dalam bentuk penyampaian ajaran secara verbal, tetapi juga sebagai praktik nyata dalam kehidupan sosial. Dalam perspektif Islam, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada manusia untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan nilai-nilai ilahiah yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Esensi dari dakwah bukan hanya menyampaikan pesan, tetapi juga membentuk karakter umat yang bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan perencanaan dakwah yang sistematis dan etika dakwah yang kuat agar pesan yang disampaikan tidak hanya diterima, tetapi juga menyentuh dan menggerakkan perubahan yang positif.

Perencanaan dakwah berperan penting sebagai fondasi awal dalam proses dakwah yang terorganisir. Tanpa perencanaan yang matang, maka pelaksanaan dakwah berisiko kehilangan arah, tujuan, dan efektivitasnya. Oleh karena itu, dalam setiap aktivitas dakwah perlu dirancang langkah-langkah strategis yang melibatkan identifikasi masalah, penentuan tujuan, pemilihan metode yang tepat, serta evaluasi berkala terhadap hasilnya. Perencanaan ini harus disesuaikan dengan kondisi objek dakwah dan perubahan zaman, agar dakwah tidak hanya bersifat normatif tetapi juga adaptif terhadap dinamika masyarakat.

Dakwah juga tidak bisa dilepaskan dari prinsip etos dan etika yang menjadi ruh dalam setiap aktivitas penyampaian pesan. Etos dakwah mencerminkan semangat, kesungguhan, dan keikhlasan seorang dai dalam menjalankan tugasnya. Dakwah yang lahir dari ketulusan niat dan keyakinan yang mendalam akan memiliki daya tarik tersendiri di hati mad'u. Etika dakwah mencakup sikap lemah lembut, tidak mencela, tidak memaksakan kehendak, serta mampu menghargai keberagaman. Dalam kondisi masyarakat yang majemuk, pendekatan yang persuasif, ramah, dan berbasis kasih sayang menjadi kebutuhan mutlak agar pesan dakwah tidak menimbulkan resistensi tetapi justru diterima dengan terbuka.

Seiring perkembangan zaman, dakwah dihadapkan pada tantangan-tantangan baru, khususnya dalam menghadapi karakter generasi milenial dan Gen Z. Kedua generasi ini tumbuh dalam era digital, di mana informasi tersebar sangat cepat dan interaktif. Pola pikir mereka lebih terbuka, kritis, dan cenderung memilih pendekatan yang praktis dan relevan. Oleh karena itu, dakwah kepada generasi ini tidak cukup dilakukan dengan metode konvensional, tetapi harus melibatkan pemanfaatan teknologi seperti media sosial, podcast, video pendek, dan platform digital lainnya. Penyampaian pesan harus dikemas dengan konten yang kreatif, visual yang menarik, serta bahasa yang membumi namun tetap substansial. Yang terpenting, dakwah harus mampu menyentuh isu-isu yang mereka hadapi secara langsung, seperti kesehatan mental, lingkungan, keadilan sosial, dan relasi antaragama.

Dalam implementasinya, dakwah dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain dakwah bil lisan (dengan ceramah, nasihat, khutbah), dakwah bil hal (melalui tindakan nyata dan keteladanan), serta dakwah bil kitabah (melalui tulisan atau media cetak). Masing-masing pendekatan ini memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri. Dakwah bil lisan misalnya, mampu menjangkau audiens secara langsung dan emosional, namun rentan jika tidak disampaikan dengan penguasaan materi yang cukup. Sedangkan dakwah bil hal lebih kuat dalam aspek keteladanan, karena menyampaikan pesan tanpa kata-kata namun melalui sikap dan tindakan nyata yang memberi pengaruh kuat kepada lingkungan.

Tanggung jawab sosial dan moral dai juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari misi dakwah. Seorang dai tidak hanya sebagai penyampai pesan, tetapi juga sebagai pembawa nilai dan solusi atas problematika masyarakat. Oleh karena itu, dakwah perlu menyentuh aspek-aspek kehidupan nyata, seperti pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, hingga advokasi keadilan sosial. Dalam konteks ini, dakwah bukan sekadar ritual spiritual, melainkan sebagai gerakan sosial yang progresif dan transformatif. Dakwah harus hadir di tengah masyarakat sebagai agen perdamaian, menjembatani perbedaan, dan mengarahkan masyarakat menuju kehidupan yang beradab dan harmonis.

Dengan memperhatikan seluruh aspek tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan proses multidimensi yang melibatkan perencanaan yang cermat, pemahaman konteks, integritas pribadi dai, serta pendekatan yang sesuai dengan karakteristik objek dakwah. Etika dan etos dalam berdakwah menjadi fondasi moral dan spiritual yang menentukan keberhasilan penyampaian pesan. Sedangkan strategi dakwah yang inovatif dan adaptif menjadi kunci agar dakwah tetap relevan dan berdampak di era yang terus berubah. Oleh karena itu, para pelaku dakwah dituntut untuk tidak hanya memiliki ilmu agama yang mumpuni, tetapi juga peka terhadap perkembangan sosial, budaya, dan teknologi, agar misi dakwah benar-benar mampu menghadirkan nilai-nilai Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun