Mohon tunggu...
Nadia Eka
Nadia Eka Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

You can know me more on my ig : Nadiaeka16

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita dan Sarjana

15 November 2017   18:44 Diperbarui: 15 November 2017   19:36 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk mendapatkan sebuah pendidikan, oleh sebab itu mengapa R.A Kartini memperjuangkan hak perempuan untuk bisa mendapatkan hak untuk belajar seperti kaum pria di masa penjajahan dulu. Meskipun hingga saat ini saya masih sering mendengar "buat apa sekolah tinggi-tinggi?toh nanti ujung-ujungnya ngurus rumah dan anak" Mungkin sekilas kalimat opini dari sebagian masyarakat ini benar, namun ada beberapa yang menolak pernyataan ini. Bahkan hinga sekarang tetap menuai pro dan kontra dari masyarakat. Berikut penjelasan apa pendapat saya tentang ini..

Setinggi apapun seorang perempuan mendapat gelar sarjana nya, mereka akan tetap menikah juga. Mungkin sebagian suami akan melarang istrinya untuk bekerja, namun sebagian juga ada yang mendukung karir sang istri. Namun jangan sampai karena saling sibuk bekerja keduanya menjadi saling sibuk dengan urusannya masing-masing. 

Kita juga harus tetap berkomunikasi dan mempunyai waktu luang untuk bersama. Nah ini dia tantangan untuk seorang istri yang berkarir, bahkan jika sudah dikaruniai seorang putra.. mereka harus lebih pintar membagi waktu untuk bekerja, keluarga, dan urusan rumah. Semua pasangan tentu ingin hidup bahagia bersama pasangannya, namun kita manusia tetaplah manusia.. kita tidak tau sewaktu-waktu atau kapan pun itu sang suami bisa pergi meniggal dunia terlebih dulu atau berpisah (bercerai). Jika seorang wanita itu dapat menghasilkan uang dari pekerjaannya, bukan berarti kita bisa mengabaikan apa yang diperintah oleh suami.. karena pada dasarnya suami tetaplah kepala keluarga.

1. Jadi jika sewaktu-waktu sang suami meninggalkan kita, jika kita mempunyai pegangan sebuah pengetahuan atau pengalaman kerja, kita masih dapat terus melanjutkan hidup dan dapat membiayai keperluan sehari-hari. Karena jika ditinggalkan suami bukan berarti hidup kita berhenti disitu, namun bagaimana kita dapat melanjutkan hidup tanpa bergantung pada suami.

2. Benar yang dibilang jika kita akan mengurus rumah dan anak, nah untuk mengurus seorang anak, kita perlu seorang wanita atau ibu yang dapat mengajari anaknya.. baik itu sebua materi sekolah ataupun materi kehidupan. Semakin banyak pengalaman yang kita dapatkan semasa menempuh gelar sarjana akan banyak juga yang dapat kita ajarkan dan ceritakan pada mereka.

3. Jika kalian menikah dengan laki-laki yang kaya dan berpunya segalanya.. bukan hal susah untuk seorang suami bisa meninggkan kita sewaktu-waktu, KARENA INGAT!! laki-laki lemah pada 3 hal,yaitu harta,wanita,tahta.. ia telah memiliki segalanya bisa saja melakukan hal ini, entah secantik apapun kamu,sebaik apapun kamu, sesabar apapun kamu. 

Oleh karena itu jika cantik saja tidak cukup untuk seorang wanita. NAMUN.. jika kalian seorang wanita yang cerdas, memiliki karir yang cemerlang dan mampu membiayai diri kalian dan sayang pada keluarga.. apa yang pria fikirkan? mungkin mereka akan berfikir dua kali ataupun berkali-kali jika ingin meninggalkan wanita seperti ini, bahkan bisa jadi banyak pria yang ingin mendapatkan seorang perempuan seperti ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun