Mohon tunggu...
Nadhira Widyaniswari
Nadhira Widyaniswari Mohon Tunggu... Lainnya - SMAN 28 JAKARTA

NADHIRA WIDYANISWARI 24 XI MIPA 5

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel "Moga Bunda Disayang Allah"

6 Maret 2021   17:19 Diperbarui: 6 Maret 2021   17:36 8471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Moga Bunda Disayang Allah" merupakan salah satu novel karya Tere Liye yang menjadi best seller karna ceritanya yang sangat menyentuh hati. Penulis novel "Moga Bunda Disayang Allah" lahir pada tanggal  21 Mei 1979. Tere Liye menikah dengan Riski Amelia dan di karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai. Tere Liye tumbuh di Sumatera Pedalaman. Orang tuanya berprofesi sebagai petani didesa. Ia merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara sampai saat ini telah menghasilkan 14 karya. Bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar.

Buku ini memiliki hal yang dapat membuat pembaca ingin segera menyelesaikan halaman-halaman yang ada di buku ini. Bab yang ada pada buku ini pun memiliki pesan yang tidak langsung dapat mennyentuh hati para pembaca yang memilih untuk membaca buku ini. Kalimat- kalimat yang ada di novel ini juga menambah kesan tersendiri untuk mendalami alur cerita yang telah dibuat menjadi sangat baik dan menarik untuk dibaca.

Penasaran dengan novel ini? Mari kita simak sinopsis cerita ini.

Gadis itu bernama Melati, seorang anak berumur 6 tahun dengan segala keterbatasannya. Ketika kalian melihat Melati sekilas, ia tampak seperti teman-teman sebayanya, dengan rambut ikal yang menutupi kepala cantiknya, mata hitamnya bulat seperti biji buah leci, pipinya yang tembam ikut serta menambahkan kelucuan gadis kecil tersebut. Namun, ketika kalian melihatnya dengan saksama, Melati-pun mungkin tidak bisa berjalan dengan normal karena keterbatasannya.

Bahkan, untuk membedakan ibu dan ayahnyapun ia pasti akan kesulitan tanpa indera yang berfungsi dengan baik dan benar. Sudah selama 3 tahun Melati seperti ini, ia selalu berteriak dan melempar barang apapun dan berada disekitarnya. Sang Bunda hanya menanggapi dengan senyuman, bunda menganggap Melatinya sangat aktif hari ini. Tuan HK, ayah Melati pun juga demikian. Mereka sangat menyayangi putri tunggal mereka, Melati. Bunda dan Tuan HK merupakan orang yang sangat dihormati  masyarakat setempat.

Bunda sudah memanggil banyak psikiater maupun dokter dari dalam kota, luar kota sampai luar negeri, namun tak ada yang bisa menyembuhkan melati, tidak ada satupun orang yang berhasil membuat Melati menyadari apa yang terjadi disekitarnya. Tim dokter dari Singapura telah ia panggil untuk mendatangi kediamannya hanya untuk memeriksa melati. Namun tak mengubah keadaan sedikitpun meskipun hanya sekecil biji cabai. Doa bunda yang selalu ia panjatkan pada Tuhan yang maha kuasa agar dengan kekuasaan-Nya Melati dapat kembali seperti gadis kecil yang lain. Melati pernah menggigit jari dokter tersebut hingga nyaris putus. Karena sang dokter terkejut bukan main maka ia mengatakan bahwa Melati harus dibawa ke rumah sakit jiwa. Bunda yang mendengarkannya pun hanya bisa menarik napas menahan air mata ketika ia melihat putri semata wayangnya duduk menekuk lutut di sudut kamar.

Sampai suatu hari bunda menerima alamat dari kinasih, putri dokter andalan keluarga sekaligus putri dari teman Tuan HK, bunda sangat memiliki harapan yang tinggi dengan orang itu. Seseorang itu yang katanya dapat memberhentikan tangis anak-anak dengan melihhat senyumannya, melerai anak-anak yang berantem karena kehadirannya, nukan karena takut namun karena merasa seseorang itu dapat memengaruhinya karena seseorng tersebut sangat mencintai anak-anak. Seseorag itu adalah Karang, laki-laki yang hampir berkepala 3 itu tampak berubah sekarang, pulang malam setiap hari, minum alkohol, sangat jauh dari kebiasaannya 3 tahun yang lalu.

Karang tiba di rumah bak istana itu dengan nada yang tidak enak didengar. Tuan HKpun menjadi ragu untuk mempercayai Karang mengajari putri kesayangannya. Pada saat sarapan saja Karang sudah membentak Melati. Tuan HK yang melihatnya hanya bisa mengadu pada bunda apakah benar pilihan bunda untuk anaknya. Akhirnya, Karang diminta  pulang dan balik seminggu lagi dengan membawa perjanjian yang akan di sepakati kedua belah pihak. Pagi ini, Karang membawa koper dan mesin ketik memasuki rumah besar bak istana itu. Ia membawa sepucuk surat dengan beberapa peraturan yang harus ditaati. Tak ada yang memperotes, katanya. Bunda pun membawa Karang menuju kamar yang akan ditempati seminggunya ini. Karang memulai mengajari Melati tata cara untuk makan. Ia mengenali Melati sendok dan garpu. Hari terus berganti, Melati masih belum dapat menunjukan kemajuan apapun. Karang mulai lelah dan mabuk-mabukan. Haripun berlalu melati sedang Karang ajarkan  untuk duduk diatas kursi. Karang membentaknya, menariknya kasar sampai meukulnya, namun Melati hanya terus memberontak melawan perintahnya. Karang meminta untuk lantai 2 untuk dikosongkan untuk menjadi arena mengajarnya. Sampai saatnya keajaibanpun terjadi, Melati dapat merasakan apa yang terjadi di sekitarnya dan Karang mulai mengajarkankan banyak hal. Namun sayangnya Karang harus kembali ke kota untuk meneruskan taman belajarnya bersama kinasih kekasih lamanya. Melati diam saja karena tak rela ia pergi. Sampai suatu malam Melati bilang selamat malam kepadanya setelah sekian lamanya.

Novel ini sangat bagus untuk menyadarkan kita agar lebih bersyukur kepada tuhan atas apa yang  telah berikanNya kepada kita. Novel ini tersusun dengan kalimat yang bagus dan padu, meskipun terdapat beberapa kata-kata yang menunjukan adegan yang tidak patut untuk dicontoh seperti yang dibuktikan dalam kalimat ""Ini sendok! KAU HARUS MAKAN DENGAN INI!" Karang tidak kalah galaknya membentak. Mencengkram tangan-tangan Melati yang bagai belalai menggelepak marah bergerak kemana saja."(MBDA, h. 101).

Kasih sayang dan perjuangan adalah tema dari novel ini yang dapat dibuktikan dari kalimat,

"Karang terdiam. Menghembuskan napas perlahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun