Cultural Appropriation adalah dapat diartikan sebagai sebuah adopsi yang tidak diakui atau tidak pantas atas kebiasaan, praktik, ide, dll. Dari satu orang atau masyarakat, oleh anggota orang lain, umumnya biasanya orang atau masyarakat  yang akan lebih dominan.
Memang pengertian di atas bisa sangat membingungkan, untuk menyederhanakannya, contoh dari Cultural Appropriation ini bisa dijabarkan seperti ini. Sebuah praktik yang terjadi saat seseorang mengadopsi sesuatu yang bukan berasal dari budaya miliknya.
Apa yang diadopsi? Ini bisa meliputi dari gaya pakaian, model rambut, hingga cara berbicara. Jika pemahaman ini dikaitkan dengan kasus Nagita Slavina tadi, maka bisa lebih dimengerti, bukan?
Contoh lainnya untuk pahami apa itu Cultural Appropriation agar tidak langsung asal tuding, bisa dicontohkan pada kasus penyanyi Justin Bieber. Dahulu, sang penyanyi asal Kanada ini pernah dianggap melakukan Cultural Appropriation, lantaran ia menggunakan gaya rambut dreadlocks.
Sementara, gaya rambut dreadlocks ini lebih identik dengan budaya mereka yang berkulit hitam. Tudingan ini dinilai tidak berdasar. Karena, Justin Bieber menggunakannya untuk urusan komersil, bukan untuk mempromosikan budaya. Selain itu, dalam hal ini era globalisasi juga memungkinkan ada pertukaran dan pengaruh budaya tradisional dalam bentuk-bentuk popular.
Ketika kondisi seperti ini terjadi, bisa jadi justru malah menjadi membatasi seseorang dalam berkreasi dan berkreatifitas. Ibaratnya, seperti budaya Halloween yang dimana biasanya orang mengenakan kostum monster dan sebagainya.
Baca juga:Â Ada 4 Alasan Mengapa Cerita Perjodohan Tradisional di Flores Tinggal Kenangan
Kamu tahu, budaya ini salah satu mulanya dari Jerman. Bagaimana jadi, jika banyak orang tak lagi bebas mengenakan kostum hallowen karena dianggap apropriasi budaya.
Memahami sejarah istilah Cultural Appropriation
Dilansir dari laman EverydayFeminism dari kompas.com, yang perlu diapahami mengenai apa itu Cultural Appropriation adalah ketidaksamaannya dengan pertukaran budaya. Apropriasi ini merujuk pada dinamika kekuatan tertentu, dimana anggota budaya dominan mengambil elemen dari budaya orang-orang.
Pengambilan budaya ini dalam bentuk yang sistematis ditindas oleh kelompok tersebut. Populernya penggunaan istilah ini ada dari tahun 1990-an. Saat itu terjadi pada sejumlah masyarakat adat di daerah seperti Kanada, Australia, dan Amerika Serikat.
Saat itu para penjajah mengadopsi budaya pribumi yang menarik kemudian langsung menyebarkan dan mempopulerkannya tanpa mengharga pemilik asli dari budaya tersebut. Intinya, pada kasus ini kelompok yang terpinggirkan ini kalah dengan yang mendominasi.