Mohon tunggu...
Nada Nisrina Gitandry
Nada Nisrina Gitandry Mohon Tunggu... Mahasiswa prodi Hubungan Internasional, Universitas Mulawarman

novel addict, movie enjoyer, baking lover.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kontroversi Makan Bergizi Gratis di Samarinda: Makanan basi dan berbau tidak sedap

29 September 2025   21:49 Diperbarui: 29 September 2025   21:52 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebijakan. Sumber Ilustrasi: https://c.inilah.com/reborn/2025/02/prabowo_MBG_4580b941ef.jpeg

Makan Bergizi Gratis atau yang lebih kita kenal sebagai MBG adalah program unggulan yang dicetuskan oleh Presiden Prabowo Subianto yang mulai berjalan pada awal bulan Januari 2025. Program ini dirancang untuk meningkatkan gizi anak-anak dan ibu hamil di Indonesia dan juga mengatasi masalah gizi buruk serta stunting yang sering menjadi masalah serius di Indonesia. Implementasi program ini adalah dengan menyediakan makanan siang gratis kepada siswa PAUD hingga SMA serta ibu hamil dan menyusui

Namun pelaksanaannya malah menuai banyak kontroversi, mulai dari kritikan dan krisis kepercayaan. Yang dimulai dengan permasalahan pemangkasan dana dan  transparansi pelaksanaan. Dan yang sedang ramai dibicarakan saat ini adalah tentang banyaknya kasus makanan basi dan keracunan yang disebabkan dari program ini di banyaknya sekolah dari berbagai daerah. Dan hal tersebut akhirnya terjadi juga di Samarinda, Kalimantan Timur.

Salah satu contohnya adalah kasus MBG di SMAN 13 Samarinda, alih-alih mendapatkan makanan sehat dan bergizi seperti yang dijanjikan, pelajar di sekolah tersebut justru mendapatkan makanan yang tak layak konsumsi, karena makanan yang disajikan berbau tak sedap dan basi, bahkan sayur yang disediakan terdapat ulat di dalamnya.

Seorang pelajar mendapati bahwa lauk ayam yang diberikan berbau tak sedap, bahkan beberapa temannya mendapatkan lauk ayam yang sudah basi yang tentu saja tak layak untuk dikonsumsi. Akibatnya beberapa pelajar yang mengonsumsi makanan tersebut mengalami muntaber. Beberapa juga tak mau ambil resiko terhadap kesehatannya, sehingga mereka memilih tidak mengonsumsi makanan yang didapatkan.

Tetapi tak hanya sampai di situ, pelajar di SMAN 13 Samarinda tak diperbolehkan oleh pihak sekolah untuk menyampaikan permasalahan ini secara terbuka. Mereka justru diminta untuk tutup mulut dan tak mempublikasikannya ke mana-mana apalagi memviralkannya di media sosial. Pihak sekolah mengatakan persoalan ini tak perlu sampai dikatehui oleh pihak luar. Hal tersebut tentu saja menimbulkan kekhawatiran, sebab transparansi dan hak siswa untuk menyuarakan masalah menjadi terhambat.

Pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sungai Pinang Mugirejo 2 yang diketahui adalah pemasok MBG di SMAN 13 Samarinda menyampaikan permohonan maaf terkait kelalaian tersebut dan mengaskan akan melakukan evaluasi serius. Mereka mengatakan bahwa terjadi kelalaian di dapur, menu ayam asam manis yang seharusnya digoreng malah justru direbus sebelum dicampur dengan saus sehingga ketika didistribusikan ke sekolah pada pagi hari, aromanya berubah.

Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Darmayanti juga meminta kepada seluruh siswa-siswa untuk tidak takut melaporkan hal tersebut ke pada pihak berwenang jika terjadi kasus makanan basi atau bermasalah.

Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Samarinda juga memastikan program MBG ini harus berjalan dengan pengawasan ketat agar kualitas makanan terjamin. Dinas Kesehatan juga harus rutin untuk melakukan pengawasan dapur dan bimbingan langsung kepada pekerja SPPG.

Bila hal ini tidak diselesaikan dengan baik, kepercayaan masyarakat terhadap program yang sudah memakan banyak anggaran ini bisa berkurang efektivitasnya dan bisa merugikan banyak pihak.

Oleh karena itu, dari kasus tersebut, hal ini dapat menjadi evaluasi program agar kasus tersebut tak terulang lagi. Diharapkan pihak penyelenggara dapat memperketat standar operasionalnya, mulai dari pemeriksaan dapur sesuai dengan standar kesehatan, penerimaan bahan baku, proses produksi, hingga pengecekan aroma, rasa, dan tekstur sehingga makanan yang disediakan layak untuk dikonsumsi dan memenuhi standar empat sehat dan lima sempurna serta dapat meningkatkan gizi siswa. Selain itu, penting juga memberi ruang aman bagi siswa dan masyarakat untuk melaporkan permasalahan tanpa rasa takut, sehingga transparansi bisa terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun