Dalam Rangka Kegiatan Mahasiswa Pengabdian Masyarakat Oleh Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang melaksanakan sosialisasi Batik Jumputan di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar. Kegiatan ini diikuti lima mahasiswa, yakni Figo Ucandra, Rizka Rahmatan, Fachmei Saputra Yacub, Nada Khoirotul Kusumaningsih, dan Dava Eka Nugraha, serta dibimbing langsung oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Bapak Febri Arif Cahyo Wibowo, S.Hut., M.Sc.
Mahasiswa (PMM) melaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2025 yaitu memulai acara sosialisasi Batik Jumputan di Kelurahan Kauman dengan menghadirkan teori sekaligus praktik pembuatan batik. Kegiatan ini disambut antusias oleh warga, tidak hanya sebagai sarana melestarikan budaya lokal, tetapi juga sebagai peluang untuk mengembangkan keterampilan dan ekonomi kreatif masyarakat
Dalam kegiatan sosialisasi Batik Jumputan yang dilaksanakan di Kelurahan Kauman, Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang turut memperkenalkan beberapa contoh hasil Batik Jumputan dengan ikatan dan lipatan yang beragam. Setiap teknik lipatan dan ikatan menghasilkan corak yang berbeda-beda, namun tetap menampilkan nilai estetika yang khas dan menarik. Hal ini menunjukkan bahwa Batik Jumputan memiliki kekayaan variasi pola yang mampu memberikan ruang kreativitas bagi pembuatnya.
Dalam praktik pembuatan Batik Jumputan, terdapat beberapa bahan utama yang digunakan, yaitu kain mori sebagai media dasar dan pewarna pakaian untuk menghasilkan warna dan motif yang beragam. Selain itu, terdapat pula peralatan pendukung yang diperlukan, antara lain gunting, karet, baskom, garam, serta air hangat secukupnya. Kombinasi bahan dan peralatan sederhana ini memungkinkan masyarakat untuk dengan mudah mempraktikkan pembuatan Batik Jumputan secara mandiri. Melalui pengenalan teknik dasar dan penyediaan contoh nyata, kegiatan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman untuk Warga Kauman
Dalam kegiatan tersebut, warga diperkenalkan teori dan praktik pembuatan Batik Jumputan mulai dari teknik lipatan, pengikatan, pewarnaan, hingga proses penjemuran. Dengan bahan sederhana seperti kain mori, pewarna pakaian, karet, garam, dan air hangat, warga berhasil menghasilkan berbagai corak unik yang memiliki nilai estetika tinggi. Antusiasme peserta terlihat dari semangat mereka mencoba langsung teknik ikat-celup yang sederhana namun menghasilkan motif indah.Â
Setelah proses pembuatan Batik Jumputan selesai, kain dijemur selama tiga hingga empat jam dengan tujuan agar benar-benar kering serta menjaga ketahanan warna agar tidak mudah luntur. Adapun perawatannya tergolong sederhana, yaitu cukup dicuci sebanyak dua hingga tiga kali saja tanpa penggunaan deterjen berlebihan, sehingga kualitas warna tetap terjaga. Langkah ini menunjukkan bahwa Batik Jumputan tidak hanya mudah dibuat, tetapi juga mudah dirawat sehingga dapat dipraktikkan oleh siapa saja.
Selain memberikan edukasi budaya, kegiatan ini juga diharapkan mampu membuka peluang usaha baru bagi masyarakat Kauman. Batik Jumputan dinilai tidak hanya mudah dibuat dan dirawat, tetapi juga memiliki nilai tambah yang dapat mendukung ekonomi kreatif warga. Dengan biaya produksi yang terjangkau, kerajinan ini berpotensi menjadi produk unggulan lokal yang bernilai seni sekaligus ekonomi.
Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang berharap kegiatan ini dapat menginspirasi masyarakat untuk terus melestarikan seni tradisional sekaligus mengembangkannya menjadi karya kreatif. Dengan demikian, Batik Jumputan bukan hanya menjadi simbol kebanggaan budaya, tetapi juga aset berharga yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang.