Penting pula adanya pendampingan yang berkelanjutan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Pendampingan ini tidak hanya berupa pembangunan fisik, tetapi juga penguatan kelembagaan masyarakat, pelatihan sumber daya manusia, dan pengembangan model bisnis wisata yang adil dan partisipatif. Tanpa dukungan yang memadai, potensi yang besar bisa saja tidak berkembang secara optimal dan justru berisiko menimbulkan dampak negatif jika tidak dikelola dengan bijak.
Kulon Progo, melalui Dusun Kamal dan wilayah-wilayah lainnya, menunjukkan bahwa pariwisata tidak selalu harus dibangun dari sesuatu yang megah dan monumental. Justru dari desa-desa kecil dengan kekayaan budaya dan alam yang autentik inilah pariwisata masa depan bisa tumbuh: pariwisata yang tidak hanya mengejar jumlah kunjungan, tetapi juga menjunjung nilai-nilai keberlanjutan, pemberdayaan, dan pelestarian warisan lokal.
Dengan pengelolaan yang tepat, Dusun Kamal dapat membantu investasi masa depan Kulon Progo yang tak hanya akan menjadi kawasan penyangga Borobudur, tetapi justru tampil sebagai permata baru dalam peta pariwisata Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI