Dalam beberapa tahun terakhir, arah kebijakan pariwisata nasional menunjukkan pergeseran menuju pembangunan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berbasis masyarakat. Salah satu wilayah yang ikut terdampak dari kebijakan pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional adalah Kulon Progo. Kabupaten besar yang berada di bagian barat Daerah Istimewa Yogyakarta kini mulai mendapatkan perhatian lebih dalam konsep besar yang popular dengan istilah Bedah Menoreh.
Sejak pencanangan pengembangan jalur Bedah Menoreh pada tahun 2020 lalu, pemerintah Indonesia berusaha membuka akses dan mengintegrasikan kawasan wisata Borobudur dengan daerah-daerah sekitarnya, termasuk Kulon Progo. Di tengah geliat pengembangan ini, Pemerintah Kulon Progo ikut unjuk diri bukan hanya sebagai pelengkap destinasi utama, tetapi sebagai wilayah yang memiliki daya tarik wisata tersendiri. Potensi alam, budaya, dan sosial masyarakat di Kulon Progo sejatinya tidak kalah kuat dibandingkan wilayah lain di Yogyakarta, bahkan menyimpan pesona yang masih sangat alami dan belum banyak tersentuh.
Menurut Prayudi (2020), pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal di Kulon Progo menjadi sangat relevan untuk dikedepankan. Keberadaan ekowisata yang memanfaatkan kekayaan alam desa---seperti persawahan, hutan, dan sungai---merupakan aset wisata yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga memiliki nilai edukasi dan keberlanjutan yang tinggi. Wilayah pedesaan yang menyatu dengan kearifan lokal menjadi kekuatan tersendiri dalam menciptakan pengalaman wisata yang otentik.
Salah satu contoh nyata dari potensi ini dapat dilihat di Dusun Kamal, sebuah dusun di Kulon Progo yang berada dalam lanskap alam yang begitu kaya. Dusun Kamal bukan hanya mengantongi keindahan alam yang masih asri, tetapi juga menyimpan berbagai kekayaan lain yang bisa dikembangkan lebih jauh dalam sektor pariwisata. Tipografi wilayahnya yang bervariasi dan dialiri oleh sungai berbatu besar menjadikannya lokasi ideal untuk wisata alam terbuka, seperti kegiatan outbond, hingga wisata petualangan berbasis alam.
Lebih dari itu, kekayaan sosial dan budaya yang tercermin dalam keseharian masyarakat Dusun Kamal menjadi aset tak ternilai dalam membangun narasi wisata berbasis masyarakat. Kegiatan bertani, sistem gotong royong, dan siklus kehidupan yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional adalah daya tarik yang semakin dicari oleh wisatawan yang menginginkan pengalaman yang otentik dan membumi. Hasil alam yang dikemas sebagai produk lokal juga dapat menjadi daya tarik lebih bagi wisatawan yang berkunjung. Pasalnya produksi tradisional dari keripik gadung, pisang, geblek dan jamu juga masih dilestarikan oleh kelompok wanita tani setempat. Hadirnya produk lokal ini dapat menjadi wisata edukatif yang menghasilkan pengalaman berwisata secara imersif bagi para wisatawan yang berkunjung.
Kesinian tradisional yang masih dijaga dan dilestarikan oleh warga menjadi pelengkap dari pengalaman wisata yang ditawarkan Kamal. Mulai dari seni angguk yang ekspresif, jathilan yang sarat makna spiritual dan mistis, hingga karawitan yang menyuguhkan keindahan musikal khas Jawa. Semua kesenian ini masih aktif dipentaskan dalam berbagai kegiatan Masyarakat yang bersifat hiburan. Keberadaan kesenian ini bukan hanya menjadi atraksi wisata, tetapi juga bentuk nyata dari upaya masyarakat dalam menjaga identitas budaya mereka.
Tidak berhenti di situ, kegiatan rutin yang berkaitan dengan budaya lokal, seperti upacara Kirab Budaya sepanjang wilayah dusun hingga Lumpang Kentheng dan juga kegiatan gotong-royong khas pedesaan, juga menjadi momen yang bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari paket wisata budaya. Jika dikemas dengan baik, kegiatan-kegiatan tersebut mampu memperkenalkan budaya lokal kepada wisatawan dalam cara yang alami dan partisipatif. Dusun Kamal sejatinya telah memiliki semua elemen yang dibutuhkan untuk menjadi desa wisata berbasis komunitas. Fakta bahwasanya lokasi dari Dusun Kamal ini juga diapit oleh berbagai lokasi wisata terkenal seperti Kalibiru, Waduk Sermo, Ekowisata Watoe Gembel, dan yang lainnya juga menjadi nilai jual lebih dari Dusun Kamal.
Konsep pengembangan ini wisata di Dusun Kamal ini dapat dikatakan sangat potensial apabila dibicarakan secara formal. Hanya saja eksekusi lapangan dengan mempertimbangan secara matang tentang bagaimana elemen-elemen kekayaan tersebut dihubungkan, dikembangkan, dan dipromosikan secara maksimal perlu ditekankan. Dengan demikian, untuk mewujudkan potensi besar tersebut, masih ada tantangan yang perlu diatasi bersama. Pengembangan infrastruktur seperti akses jalan, fasilitas wisata dasar, dan sarana penunjang lainnya menjadi kebutuhan mendesak agar wisatawan dapat menjangkau dan menikmati destinasi dengan nyaman. Selain itu, peningkatan kapasitas masyarakat dalam hal pengelolaan wisata, pelayanan, dan pemasaran juga menjadi faktor penting dalam menjamin keberhasilan dan keberlanjutan wisata di tingkat lokal.