Mohon tunggu...
Nabita Kamaliah
Nabita Kamaliah Mohon Tunggu... Penulis dan Penikmat buku

Menulis untuk merapikan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Idul Adha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, yang Akan Diuji Melalui Sesuatu yang Paling Kita cinta

6 Juni 2025   18:54 Diperbarui: 6 Juni 2025   22:58 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca Al-Quran (pexels.com/Naufal Fawwaz Assalam)

Idul Adha, perjalanan mengikhlaskan tanpa batas. Setiap ujian yang menimpa kita hari ini adalah ujian yang pernah para Nabi lalui. Maka sudah seharusnya kita menerima setiap pemberian dari Allah. Meski harus bergelimang air mata, tapi rencana Allah akan selalu indah di setiap ujungnya.

Idul Adha adalah tentang pengorbanan. Di mana Nabi Ibrahim diperintahkan Allah dalam mimpinya untuk menyembelih Ismail. Kisah ini pun menjadi pelajaran bagi umat Islam setiap tahunnya. Bahkan tidak akan pernah bosan setiap mendegar ceramahnya, yang dibawakan khatib saat salat Idul Adha.

Ketika anak satu-satunya yang harus dikorbankan demi menjalankan perintah Allah, hati siapa yang tidak akan merasa kehilangan? Anak yang paling dinantikan kehadirannya ke dunia, namun takdir berkata lain. Bahwasanya setiap manusia akan diuji melalui sesuatu yang dirinya anggap sebagai kepemilikan.

Idul Adha mengajarkan kita untuk melepaskan sesuatu yang hanya titipan. Baik itu harta, jabatan, gelar, atau bahkan dirimu sendiri. Karena kita tidak berhak untuk merasa memiliki. Semua yang ada saat ini akan kembali kepada pemilik-Nya.

Sehingga sebagai manusia, Idul Adha mengajarkan bahwa kita tidak pantas untuk bangga diri. Kita hanyalah potongan dari sebagian nikmat yang Allah berikan. Itulah mengapa, Ibrahim dengan patuh menjalankan perintah Allah. Sebab, Ismail memang milik Allah yang berhak Dia ambil kapanpun.

Tidak ada yang mudah mengorbankan sesuatu yang paling kita cintai. Butuh waktu yang lama untuk bisa mengikhlaskan kehilangan. Sebagai manusia, apa sih yang kita harapkan di dunia ini selain rida Allah? Bukankah tujuan akhir kehidupan adalah kembali kepada-Nya?

Coba renungkan, apa saja harapan yang belum tercapai sampai saat ini? Apakah kita perlu memaksa Allah agar harapan itu terjadi saat ini? Apakah kita harus membenci Allah jika harapan kita tidak sesuai dengan yang Allah mau?

Barangkali kita lupa, bahwa Allah yang paling berhak atas diri kita. Allah yang paling mengerti kita. Allah yang paling paham apa yang kita butuhkan saat ini. Sesuatu yang baik menurut kita belum tentu yang terbaik menurut Allah.

Jadi, jangan marah jika semua tidak berjalan sesuai harapan kamu. Karena semua berjalan sesuai apa yang Allah harapkan untuk kebaikanmu. Allah yang paling tahu dan berhak atas diri kamu.

Apakah kamu pernah berada di posisi Nabi Ibrahim? 

Ketika harapanmu tidak sesuai dengan jalannya takdir, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun