Tapi bukan cuma makanannya aja yang bikin saya suka. Yang bikin berkesan juga adalah penjualnya. Bapaknya selalu ramah, senyum terus, dan sigap melayani pembeli walau antriannya panjang. Nggak heran sih kalau banyak mahasiswa jadi langganan. Bahkan ada beberapa kakak tingkat yang udah lulus, katanya masih suka mampir beli cilung bapak ini kalau lagi ke kampus. Kayak ada rasa nostalgia gitu.
Buat saya, cilung ini udah jadi bagian dari pengalaman kuliah. Nggak cuma camilan enak, tapi juga jadi pengingat masa-masa seru di kampus. Dari semester awal sampai sekarang, cilung ini selalu ada. Rasanya konsisten, tempatnya nggak jauh-jauh, dan penjualnya juga masih setia di tempat yang sama. Rasanya kayak punya "teman" kuliah yang nemenin dari awal sampai akhir.
Salut banget sama bapaknya yang bisa jalanin usaha ini sendirian sejak 2018. Konsisten, bertahan, dan tetap ramai. Nggak banyak lho jajanan kaki lima yang bisa bertahan segitu lama dan tetap punya pelanggan setia.
Kalau ditanya apa jajanan favorit saya selama kuliah, jawabannya ya cilung ini. Murah, enak, dan penuh cerita. Semoga usaha bapaknya terus lancar, tetap rame, dan bisa terus jadi bagian dari kenangan mahasiswa kampus ini. Karena buat saya, cilung ini bukan cuma soal rasa  tapi juga soal rasa hangat yang nempel di hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
