Mohon tunggu...
Nabilla Junita Chesarani
Nabilla Junita Chesarani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Pengaruh Profesionalisme Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Layanan Kesehatan

20 Desember 2023   18:23 Diperbarui: 20 Desember 2023   18:28 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang sering sekali bersinggungan dengan pasien. Mulai dari pasien datang ke pelayanan kesehatan sampai dengan pasien akan dipulangkan dari layanan kesehatan. Tentunya, perlakuan perawat ketika menangani pasien akan sangat tertanam di dalam batin dan ingatan pasien. Oleh karena itu, sudah seharusnya perawat memperlakukan pasien dengan baik sesuai prinsip etika dan standar profesionalisme yang mengatur praktik keperawatan. Profesionalisme adalah identitas profesional berkelanjutan yang mencerminkan karakteristik profesi dan melibatkan pengembangan kecerdasan emosional (American Association of Colleges of Nursing, n.d.).

Keperawatan adalah sebuah profesi yang akan melibatkan perawat sebagai seorang profesional. Seorang profesional perlu mempertahankan profesionalismenya dengan berpengetahuan dalam bidangnya, bertanggung jawab dalam tindakannya, dan bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain (Potter et al., 2019). Profesionalisme perawat artinya memberikan kontribusi untuk nama baik keperawatan dengan memberikan perawatan pasien yang tepat, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Al-Abri dan Al-Balushi (dalam Potter et al., 2019), pasien selalu dijadikan prioritas dan fokus utama dalam misi perawatan kesehatan.

Dalam bertugas, terdapat perbedaan ketika profesional yang hanya melakukan pekerjaannya dan profesional menerapkan profesionalisme (Hebert & Rosen, 2020). Hal ini dapat terjadi juga pada seorang perawat. Meskipun terlihat mirip dan sulit dibedakan, pasien dapat merasakan hal tersebut ketika sedang menerima asuhan keperawatan. Perawat yang hanya melakukan pekerjaannya adalah perawat yang menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya tanpa berkomitmen pada profesionalisme. Sedangkan perawat yang menerapkan profesionalisme melakukan lebih dari sekadar melakukan tugas, karena melibatkan integritas, moral, dan etika kepada pasien secara tulus, penuh kasih, dan manusiawi. Tidak hanya menjalani prosedur kesehatan, namun perawat juga memperhatikan kesejahteraan dan pengalaman dari pasien dengan merespons kebutuhan psikologis pasien.

Profesionalisme harus selalu diterapkan oleh perawat selama memberikan asuhan keperawatan baik ketika pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Kesan yang di dapatkan pasien selama menerima asuhan keperawatan akan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, bahkan pelayanan layanan kesehatan secara general. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Hardianty et al., 2018), dari 84 responden yang menilai perawat telah memiliki sikap profesionalisme sebanyak 78,6% dan yang menilai perawat kurang profesional sebanyak 21,4%. Kemudian dari penelitian yang sama, pasien yang merasa puas dengan pelayanan perawat sebanyak 72,6% dan yang tidak puas sebanyak 27,4%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mongi, 2020), pada pelayanan oleh perawat dengan komunikasi terapeutik kurang baik menjadikan 66,7% pasien tidak puas dan 33,3% pasien puas. Pada pelayanan oleh perawat dengan komunikasi terapeutik baik menjadikan 72,72% pasien puas dan 27,27% pasien tidak puas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien sejalan dengan profesionalisme yang ditunjukkan oleh perawat. Profesionalisme oleh perawat dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu penerapan kompetensi keperawatan, penerapan nilai-nilai profesionalisme, dan penerapan kode etik dan moral. Kompetensi keperawatan terdiri dari tujuh elemen di tiga kelompok, yaitu kompetensi mengenal orang (menggunakan pengetahuan, mengembangkan hubungan intrapersonal), kompetensi memberikan perawatan (asuhan keperawatan berkualitas, etika berpraktik, kerjasama tim), dan kompetensi meningkatkan kualitas perawatan (meningkatkan keterampilan, berkomitmen untuk unggul). Nilai-nilai profesionalisme yang ada di keperawatan adalah altruism, autonomy, human dignity, integrity, dan social justice. Panduan kode etik dan moral yang perlu diterapkan oleh perawat sudah dijelaskan oleh organisasi-organisasi perawat di dunia, seperti International Council of Nurses (ICN), American Nurses Association (ANA), dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Menurut National Council of State Boards of Nursing (dalam Potter et al., 2019), terdapat delapan prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat ketika pasien dijadikan sebagai pusat perawatan. Menghargai preferensi pasien, dapat dilakukan dengan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan karena setiap pasien itu unik. Mengkoordinasikan perawatan, dilakukan dengan mengkoordinasikan perawatan klinis, layanan pendukung dan bantuan, dan perawatan langsung kepada pasien untuk mengurangi perasaan kerentanan. Memberikan informasi pada pasien, dengan meningkatkan komunikasi dan memberikan informasi mengenai perawatan diri, status klinis, dan proses perawatan. Memberikan kenyamanan fisik, dilakukan selama asuhan keperawatan misalnya manajemen nyeri dan bantuan aktivitas. Memberikan dukungan emosional, dilakukan dengan memperhatikan kecemasan pasien pada status fisik dan dampak penyakit (termasuk finansial). Melibatkan keluarga dan teman, biarkan mereka mengambil peran dalam pengalaman perawatan pasien. Rencanakan kontinuitas, dapat dilakukan dengan menawarkan dukungan dan bantuan sehingga pasien dapat merawat diri setelah dipulangkan. Memberi tahu mengenai akses ke perawatan, sehingga pasien mengetahui bahwa perawatan dapat diakses ketika dibutuhkan (apalagi perawatan ambulans).

Ketika pasien dijadikan pusat perawatan, perawat perlu mengidentifikasi nilai pasien karena nilai ini akan memengaruhi hubungan antara perawat-pasien (Berman et al., 2022). Seorang perawat yang profesional tidak akan menerka-nerka nilai yang dimiliki pasien, melainkan perawat mengeksplorasi nilai pasien melalui diskusi. Dalam melakukan diskusi, perawat dapat mengajukan beberapa pertanyaan agar pasien memikirkan jawaban pertanyaan tanpa memaksakan nilai-nilai pribadi. Contoh pertanyaannya adalah “Apa yang menurut Anda akan Anda dapatkan dari melakukan itu?” untuk mengecek pasien mengetahui kemungkinan konsekuensi dari pilihannya. Pertanyaan untuk mengecek pasien konsisten berperilaku dengan suatu cara tertentu, misalnya “Berapa kali Anda melakukan itu sebelumnya?”

Dalam berhubungan dengan pasien, perawat mungkin menemui beberapa hambatan yang bisa mempengaruhi sikap profesionalismenya terhadap pasien. Menurut Banerjee (2023), terdapat tujuh hambatan yang dapat muncul dalam hubungan perawat dan pasien. Hambatan komunikasi, terjadi ketika pasien kesulitan memahami bahasa medis dan perawat kesulitan memahami sudut pandang pasien. Perbedaan budaya, terjadi ketika latar belakang budaya pasien dan perawat tentang perawatan berbeda. Ketidakpatuhan pasien, terjadi ketika pasien tidak mengikuti rencana pengobatan dan menyebabkan ketegangan dengan perawat. Kepribadian bertolak belakang, terjadi ketika hubungan sulit dicapai karena perawat dan pasien memiliki kepribadian yang bertentangan. Ketidakpercayaan pasien, terjadi ketika pasien tidak percaya pada pasien karena pengalaman negatif di masa lalu. Gangguan emosional, terjadi ketika pasien mengalami kesulitan menjaga emosional sehingga rencana pengobatan sulit dilakukan dengan lancar. Dinamika kekuasaan, terjadi ketika pasien merasa tidak berdaya karena perawat sering berada di posisi otoritas.

Sebagai seorang perawat, profesionalisme harus selalu diterapkan bagaimanapun keadaannya. Ketika perawat terbiasa melakukan profesionalisme tergantung situasi, hal ini akan berdampak pada pengalaman pasien di rumah sakit yang tidak maksimal. Akibatnya, nama baik keperawatan akan tercoreng dan memunculkan banyak stigma buruk di masyarakat. Tingkat kepuasan pasien menjadi tanggung jawab perawat dan seluruh tenaga kesehatan karena pasien adalah pusat utama dari perawatan kesehatan. Profesionalisme yang selalu diterapkan akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien yang tinggi terhadap layanan kesehatan secara general.

Sikap Profesionalisme yang Ditunjukkan Perawat akan Berdampak pada Bagaimana Orang Lain akan Melihat Sebuah Profesi Keperawatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun