Mohon tunggu...
Nabilla DP
Nabilla DP Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Ibu dua anak yang doyan bepergian. Ngeblog di bundabiya.com dan bundatraveler.com.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Warisan Toba yang Memesona dan Kisahku yang Batal Mengunjunginya

25 September 2021   06:52 Diperbarui: 25 September 2021   06:59 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaldera Toba (Doc: Indonesia.Travel)

Pandemi dan jadwal yang padat merupakan dua hal yang membuat saya batal ke Danau Toba pada tahun lalu. Saya merasa sangat kecewa. Padahal saya sudah sampai di Medan dan menyusun rencana perjalanan agar kami bisa menjangkau Danau Toba dengan lancar.

Bagi saya, Danau Toba sangat memesona. Ada rasa takjub pada sejarah Danau Toba dalam memengaruhi iklim bumi ketika berproses membentuk kaldera raksasa. Belum lagi daya tarik berupa bentang alam yang menawan, hutan yang asri, dan kearifan lokal masyarakat yang bernilai tinggi. Bangga sekali mendapati fakta bahwa danau yang berpengaruh bagi dunia di masa lalu dan masa kini ada di Indonesia.

Rasa penasaran menjadi motor semangat bagi niat saya untuk mengunjungi Danau Toba. Kali ini saya sudah memiliki gambaran lebih terang tentang apa saja yang akan saya eksplorasi di kawasan Danau Toba. Saya memiliki ketertarikan pada wisata alam yang ramah lingkungan. Kebetulan, tahun ini saya bergabung dalam kumpulan bernama Eco Blogger Squad yang membuat saya lebih rutin menulis artikel kepariwisataan yang berkaitan dengan lingkungan.

Satu hal yang saya tahu, Danau Toba atau Kaldera Toba telah resmi menjadi UNESCO Global Geoparks pada bulan Juli 2020 lalu. Saya yakin, predikat ini menambah gelora pada pemerintah, penduduk lokal, hingga wisatawan untuk menjelajahi Danau Toba sesuai dengan karakternya yang memiliki warisan berharga. Warisan yang tidak hanya bermakna untuk penduduk Indonesia, tetapi juga untuk mancanegara.

Batal ke Danau Toba

Bulan Oktober tahun 2020 tahun lalu, saya mengikuti agenda suami ke Medan. Kami di Medan hanya tiga hari. Saya pun segera melakukan riset kecil untuk merencanakan perjalanan ke Danau Toba.

Waktu yang terbatas membuat saya hanya mampu merencanakan kunjungan ke Parapat. Parapat itu seperti pintu masuk ke Danau Toba dari arah Medan. Di Parapat juga terdapat sejumlah area wisata yang indah. Sebut saja Pantai Pasir Putih Parapat, Pantai Bebas Parapat, Pantai Indah Permai Parapat, dan Rumah Pengasingan Soekarno di Parapat. Lumayan, bisa mengintip Danau Toba dari tepian.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Rencana saya sudah delapan puluh persen matang. Saya juga sudah mengontak persewaan mobil yang dapat mengantarkan kami pulang pergi Medan-Parapat. 

Sayangnya, agenda ke Parapat gagal menjelma menjadi nyata. Saya merelakan dengan berat hati. Saya berkata ke suami, suatu saat kami harus kembali ke Sumatera Utara. Khusus untuk mengunjungi Danau Toba. 

Saya makin tertarik dengan Danau Toba sejak Destination Super Priority (DSP Toba) ini resmi menjadi salah satu dari 16 UNESCO Global Geopark terbaru. Menurut saya, predikat baru yang dimiliki Danau Toba ini dapat menjadi peluang untuk mengembangkan ekowisata di sana. Danau Toba juga dapat menjadi pelopor bagi pengembangan potensi wisata alam lainnya di Indonesia yang memiliki warisan berharga, layaknya warisan Danau Toba.

Tiga Warisan Berharga Danau Toba

Kaldera Toba sukses menjadi UNESCO Global Geoparks karena mampu memenuhi seluruh persyaratan. UNESCO Global Geoparks adalah wilayah geografis tunggal dan terpadu di mana situs dan lanskap geologis penting internasional dikelola dengan konsep perlindungan, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan yang holistik. UNESCO Global Geoparks juga menekankan kemampuan pemerintah untuk melakukan pendekatan bottom-up dengan menggabungkan konservasi dan pembangunan berkelanjutan sambil melibatkan masyarakat lokal.

Infografis: Nabilla
Infografis: Nabilla
Barangkali inilah dasar dari judul kampanye Heritage of Toba yang sedang digaungkan oleh Kemenparekraf. Apabila diartikan dalam bahasa Indonesia, Heritage of Toba ini berarti Warisan dari Toba. Tema ini menarik. KBBI mengartikan warisan sebagai sesuatu yang diwariskan, seperti harta, nama baik, dan harta pusaka. Warisan sendiri dapat berarti sesuatu yang sangat berharga dari manusia terdahulu untuk kehidupan kita saat ini. 

Sesuai semangat dan prinsip UNESCO Global Geoparks, Toba memang mewariskan banyak hal untuk masyarakat Indonesia hingga internasional. Setidaknya, terdapat tiga warisan besar, yakni warisan alam, warisan budaya, dan warisan kearifan lokal masyarakat.

Warisan Alam Toba: Potensi Sport Tourism dan Penggerak Ekowisata Indonesia

Warisan alam ini lahir semenjak Kaldera Toba meletus terakhir kali pada 74.000 tahun lalu. Letusan ini memiliki tiang mencapai lebih dari 50 km dan material letusannya berhembus mencapai 2.800 km3. Letusan ini mengakibatkan munculnya Pulau Samosir di tengah Danau Toba. 

Sebagaimana gunung yang meletus, material letusannya pasti menyuburkan tanah di sekitar gunung. Begitu pula tanah di sekitar Toba dan Pulau Samosir yang subur untuk ditanami tanaman komoditas lokal seperti kopi. Karakter inilah yang menjadi alasan bagus untuk membuat Danau Toba menjadi ekowisata. Ada beberapa bentang alam yang dapat mendukung ekowisata di  Danau Toba dan Pulau Samosir, yakni wisata hutan, wisata danau, wisata lembah, dan wisata sungai. 

Pertama, wisata hutan. Pulau Samosir yang terletak di tengah Danau Toba merupakan kawasan hutan seluas 46,67 persen dari seluruh pulau. Hutan ini menjadi rumah dari beberapa flora dan fauna endemik. Terdapat tumbuhan langka seperti edelweis, kantong semar, dan anggrek hutan toba yang masih dapat ditemukan dengan mudah di Pulau Samosir. Satwa endemik pun masih ada di sekitar kawasan Toba. Seperti harimau sumatera, kadal hidung tanduk yang langka, monyet pemakan daun atau surili, serta 78 jenis burung. 

Kadal hidung tanduk (Gambar: Nabilla)
Kadal hidung tanduk (Gambar: Nabilla)

Kedua, wisata danau. Perairan di Danau Toba ini sangat berbeda. Lebih terasa sejuk karena berada di ketinggian 900 mdpl. Wisata dan olahraga air yang dapat dilakukan di Danau Toba adalah kano, speed boat, ski air, diving, hingga olahraga dengan konsep triathlon.

Ketiga, wisata lembah. Terdapat satu wisata lembah yang terkenal di kawasan Danau Toba yakni Lembah Bakkara. Panorama yang terlihat memang sangat memanjakan mata. Apalagi, Lembah Bakkara ini kaya nilai sejarah karena merupakan tempat kelahiran Raja SIsingamangaraja XII. Bakkara memiliki Aek Sipangolu, sebuah sumber air yang keluar dari batu, jernih, dan bermuara ke Danau Toba. Masyarakat sekitar percaya bahwa air ini memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit.

Keempat, wisata sungai. Terdapat beberapa wisata sungai dan air terjun yang bermuara ke Danau Toba. Seperti Air Terjun Situmurun, Sungai Asahan yang merupakan tempat arung jeram ke-3 terbaik di dunia, serta Sungai Aek Silang.

Warisan Budaya Danau Toba

Menurut Sciencedirect, warisan budaya atau cultural heritage adalah ekspresi cara hidup yang dikembangkan oleh suatu komunitas dan diwariskan dari generasi ke generasi, termasuk adat istiadat, praktik, tempat, benda, ekspresi seni, dan nilai. Kawasan Danau Toba memiliki warisan budaya yang kaya. Ada nilai sejarah, adat istiadat yang masih sangat kental dijaga oleh masyarakat adat lokal, tempat dan benda bersejarah, serta kesenian yang diajarkan secara turun temurun.

Beberapa warisan budaya yang khas dengan Danau Toba adalah peninggalan sejarah Suku Batak Toba. Di Pulau Samosir, terdapat empat lokasi yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Seperti Makam Raja Sidabutar, Huta Siallagan, Museum Huta Bolon Simanindo, dan Desa Penenun Ulos di Lumban Suhi-suhi. 

Infografis: Nabilla
Infografis: Nabilla

Wisata Kearifan Lokal Masyarakat di Danau Toba

Kearifan lokal merupakan gagasan atau pandangan hidup di suatu tempat yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat. Penduduk Pulau Samosir dan kabupaten lain yang termasuk kawasan Danau Toba juga memiliki warisan kearifan lokal yang kuat. Beberapa kearifan lokal masih dipertahankan, terutama yang berkaitan dengan keberlanjutan lingkungan seperti menjaga hutan, larangan membuang sampah di Danau Toba, dan ritual Hahomion Horja Bius. Ritual ini adalah upacara yang dilakukan untuk memberi sesaji kepada roh nenek moyang terdahulu yang merupakan kakek (opung) penjaga danau. Masyarakat menganggap bahwa upacara ini adalah bentuk harmonisasi manusia dengan alam. 

Masyarakat di Pulau Samosir juga lebih menyukai pakan ikan yang berasal dari bahan alami dan ramah lingkungan seperti jagung rebus. Bahan ini dapat mengurangi pencemaran air di Danau Toba. Kegiatan lain yang dilakukan oleh masyarakat adalah mengolah eceng gondok yang tumbuh di Danau Toba untuk menjadi produk kerajinan seperti tas, topi, tempat botol minuman, vas bunga, dan berbagai produk lainnya. 

Kearifan lokal masyarakat ini memiliki peran yang penting dalam menjaga ekosistem Danau Toba. Masyarakat adat di Kawasan Danau Toba percaya bahwa Danau Toba adalah sumber kehidupan, sumber rezeki, dan sumber mata pencaharian. Wisatawan perlu menyaksikan lebih banyak kearifan lokal yang dilakukan oleh masyarakat di Pulau Samosir dan kawasan Danau Toba agar dapat mengambil nilai warisan yang berharga dari danau unik ini.

Mengemas Warisan dengan Kreativitas

Warisan identik dengan sesuatu yang harus kita jaga bersama. Pada era digital sekarang ini, ada banyak cara untuk menjaga warisan. Salah satunya berbentuk ide-ide kreatif.

Cara ini telah dilakukan oleh Menparekraf Sandiaga Uno beberapa waktu lalu melalui program Beli Kreatif Danau Toba (BKDT). Program ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia 2021 dan berhasil menaikkan level pelaku ekonomi kreatif Danau Toba. Kemenparekraf juga mengadakan BKDT Fair di Summarecon Mall Serpong untuk memasarkan produk fesyen, kriya, dan kuliner dengan tujuan mengangkat kesadaran masyarakat akan produk khas Sumatera Utara. 

Ajang ini berhasil meningkatkan perekonomian lokal dan produk kreatif di kawasan Danau Toba. Para pelaku UMKM berhasil masuk ke pasar digital. Kendati demikian, masih banyak potensi kreatif yang dapat kita asah yang terinspirasi dari warisan toba. Bisa dengan mendorong sineas lokal untuk membuat film dengan setting Danau Toba seperti seri Beachbuds, sebuah serial animasi anak terbaru yang sukses menyuguhkan latar Pulau Bali dengan cara yang menarik. Upaya lainnya bisa dengan mendukung pembuatan games online dengan latar dan karakter khas Danau Toba, serta mengajak wisatawan dan kreator digital dalam negeri untuk mengabarkan warisan Danau Toba yang menjadi salah satu destinasi Wonderful Indonesia melalui media sosial.

Warisan Danau Toba layak mendunia. Tahun depan, apabila kondisi pandemi membaik, saya harap wisatawan lokal dan mancanegara kembali bersukacita mengunjungi Kaldera Toba dan bisa melangsungkan MICE di Indonesia aja.

Apakah kamu sudah pernah ke Danau Toba? Atau memiliki impian seperti saya untuk bisa ke sana? Coba ceritakan di kolom komentar, yuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun