"Mari silahkan duduk." ucap ibu Sandi.
"Terimakasih, bu" ucap wanita berjilbab.Â
Ibu Sandi terus membicarakan masa lalau Sandi hingga tertawa terbahak-bahak. Sementara Sandi meninggalkan wanita berjilbab dengan ibunya lantaran rekan kerja dari Tokyo mengharuskan untuk mengadakan meeting.Â
Wanita berjilbab tersipu malu mendengarkan cerita Sandi yang dulunya sering main di sungai dekat rumah. Apalagi, Â jika waktu sore ia masih memancing pasti ayahnya mengejar Sandi untuk segera mandi dengan membawa kayu sebagai bukti ketegasan ayahnya.Â
"Ibu, ngobrol apa sama Putri sampe ketawa-ketawa?" ucap Sandi dengan memanggil nama wanita berjilbab.Â
"Ngobrolin kamu semasa kecil," sahut ibu.Â
"Asal kamu tau Sandi, Â sosok seperti dia lah yang selama ini ibu cari,"sahut ibu Sandi dalam hati.Â
"Tutur katanya lembut, sopan, ramah dan ngga neko-neko dalam berpenampilan,"sambungnya.Â
"Aku tak salah jika memperkenalkan Putri ke ibu. Sepertinya ibu menyukai putri. Putri juga tidak banyak menuntut apa-apa dariku, berbeda dengan yang dulu,"bisik hati Sandi.Â
"Jika ibu ridho, Â Sandi mau melamar Putri. "
Ibu Sandi tersenyum. Setelah sepuluh tahun Sandi menutup hati lantaran sakit hati yang diakibatkan oleh mantan kekasih yang tega meninggalkan dan menghianatinya ia menjadi tertutup soal asmara, finally Akhirnya Sandi telah menemukan belahan jiwa yang selama ini ia cari.Â