Mohon tunggu...
Nabila PutriRamadhanty
Nabila PutriRamadhanty Mohon Tunggu... Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mi Instan dan Makanan Pedas, Tren Gen Z yang Rentan Picu Maag

20 Juli 2025   18:30 Diperbarui: 19 Juli 2025   22:00 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mi instan yang dikombinasikan dengan makanan pedas (Sumber: Dok. pribadi/Nabila Putri)

"Kalau makanan yang pedas itu memang salah satu yang dihindari ketika lambungnya bermasalah karena asam lambung menyebabkan pelukaan di lambungnya," jelas dr. Ebtania okter umum di Puskesmas Cipayung saat diwawancarai pada Sabtu (5/7).

Menurutnya, makanan pedas dapat memicu produksi asam lambung berlebih yang akhirnya melukai dinding lambung. Sementara itu, mie instan, sebagai makanan olahan yang sulit dicerna, akan menambah beban kerja lambung. Kedua kebiasaan ini, bila dilakukan berulang, bisa memicu gejala mulai dari nyeri ulu hati, mual, hingga gastritis. 

"Kalau mie instan itu kan ultra processed food, pencernaannya memang lambat, lama, karena agak susah dicerna. Kerja lambung jadi meningkat. Kalau terus-terusan, ya bikin lambung gampang luka," terangnya. 

Meski risiko sudah jelas, banyak anak muda masih menyepelekan gejala maag. dr. Ebtania mengungkapkan, pasien usia muda umumnya lebih memilih menunda berobat dan hanya mengandalkan obat warung atau mencari cara meredakan nyeri lewat internet.

"Rata-rata mereka udah premedikasi dulu, coba terapi dulu, sering cari-cari di Google. Kalau nggak ada perbaikan, baru datang. Seringnya udah lumayan parah," ungkapnya. 

Jika terus dibiarkan tanpa perbaikan pola makan, dr. Ebtania menjelaskan, gangguan lambung bisa berkembang menjadi gastritis hingga ulkus atau luka yang lebih serius di dinding lambung. 

"Dengan pengobatan pun kalau memang berkelanjutan, tidak tuntas pengobatannya atau pola makannya tidak diatur, nah itu lama kelamaan akan jadi luka, luka itu namanya ulkus. Awalnya disepsia, itu masih gangguan cerna, mual, muntah atau tidak enak perutnya. Nah, begitu sudah gastritis, sudah ada peradangan di sana. Begitu dibiarkan terus menerus, ada tambahan asam misal dari yang lain, terus zat-zat makanan tertentu. Jadi malah zat yang dihasilkan oleh lambung itu mencederai lapisan lambungnya sendiri, gitu. Endingnya jadi luka. Nah, luka itu kalau dibiarkan bisa menggaung terus ke bawah sampai bolong lambungnya. Sebelum bolong masih panjang perjalanannya ya," paparnya. 

Bukan berarti Gen Z harus benar-benar berhenti makan mi instan dan makanan pedas. dr. Ebtania menyarankan agar kebiasaan ini tetap dibatasi, diimbangi makanan sehat, dan dilakukan dengan pola makan teratur. 

"Coba-coba kalau nggak nyaman ya jangan. Jangan dijadikan kebiasaan setiap hari makan mie doang. Gizinya nggak tercukupi. Usahakan selang-seling, seminggu sekali atau dua kali cukup," sarannya. 

Mi instan dan makanan pedas memang menggoda lidah dan praktis di tengah jadwal padat. Namun, kebiasaan ini tidak bisa diabaikan dampaknya pada lambung. Mulailah mendengar sinyal tubuh, atur pola makan, dan batasi konsumsi agar risiko maag tidak berubah menjadi masalah serius di kemudian hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun