Mohon tunggu...
Nabila PutriRamadhanty
Nabila PutriRamadhanty Mohon Tunggu... Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mi Instan dan Makanan Pedas, Tren Gen Z yang Rentan Picu Maag

20 Juli 2025   18:30 Diperbarui: 19 Juli 2025   22:00 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mi instan yang dikombinasikan dengan makanan pedas (Sumber: Dok. pribadi/Nabila Putri)

Mi instan dan makanan pedas seolah menjadi 'menu wajib' bagi sebagian anak muda zaman sekarang. Praktis, murah,mudah ditemukan, dan rasanya yang memanjakan lidah membuat kombinasi keduanya sering dipilih Gen Z untuk menemani begadang, mengerjakan tugas, atau sekadar bersantai di rumah. Namun, di balik rasa gurih dan pedasnya, kebiasaan ini ternyata menyimpan risiko yang sering diremehkan. 

Marsha Salsabila, salah seorang mahasiswa di Jakarta, mengakui bahwa makan mi instan pedas sudah menjadi kebiasaan sehari-hari sejak lama. Baginya, makanan pedas dan mi instan adalah comfort food yang selalu bisa diandalkan saat lapar tiba-tiba datang, terutama di waktu larut malam. 

"Suka banget makan pedas dari kecil, terutama mi instan karena gampang buatnya terus karena emang suka pedas dari kecil," ungkap Marsha, Sabtu (5/7). 

Marsha bercerita, ia sering menghabiskan waktu begadang sambil menonton film, mengerjakan tugas kuliah, atau sekadar bersantai. Dalam situasi seperti itu, mi instan pedas menjadi penyelamat. Praktis dibuat di rumah tanpa harus repot keluar membeli makan di luar. 

"Ya semuanya betul nih, paling sering tuh pas lagi begadang, habis ngerjain tugas atau abis nonton film, lagi pengen nonton terus laper, mager keluar jadi masak mie instan di rumah, terus mienya pedes," lanjutnya. 

Selain praktis, sensasi pedas dari cabai atau bumbu tambahan juga dianggap menambah kenikmatan. Tak heran, meski sudah tahu risiko perut sakit, banyak anak muda tetap mengonsumsi makanan pedas secara berulang. Marsha pun mengaku tetap ketagihan meski pernah merasakan perutnya perih. 

"Soalnya enak banget terus rasanya tuh kayak comfort food banget, jadi yaa walaupun bikin perut sakit tetep aja pengen makan," tambahnya. 

Fenomena Marsha hanyalah satu contoh dari sekian banyak Gen Z yang memilih makanan instan dan pedas karena faktor kemudahan. Kebiasaan makan praktis ini kerap dilakukan bersama keluarga, teman nongkrong, bahkan sendirian di rumah.

"Biasanya sih keluarga, kayak mama suka ngajakin sama adik, tapi lebih sering dari aku sendiri sih," ujarnya. 

Selain itu, kebiasaan begadang, jam makan tidak teratur, hingga kebiasaan pesan makanan pedas secara daring menjadi pola makan yang sulit dihindari. dr. Ebtania Eprilianti, dokter umum di Puskesmas Cipayung, Depok, menegaskan bahwa pola makan serba instan dan doyan pedas memang menjadi salah satu faktor risiko munculnya gangguan lambung, khususnya di kalangan Gen Z. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun