Mohon tunggu...
Jehan Nabilah
Jehan Nabilah Mohon Tunggu... Teknisi - President University MMTech Student

Just learn to write something

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kopi Susu Gula Aren, Habitual Buying-kah?

14 Februari 2021   22:42 Diperbarui: 22 Februari 2021   10:28 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

"Kopi yuk kopi!"

Sering dengar ajakan ini saat jam di kantor mulai menunjukan pukul 2 siang?

Pekerjaan masih menumpuk, tapi mata dan tubuh rasanya sudah lelah dan mulai memberikan sinyal untuk diberi asupan kafein :D

Jangan khawatir, kamu gak sendirian kok. Ajakan itu juga selalu terdengar di kantor saya hampir setiap harinya. Sempat tersadar dan mulai muncul pertanyaan di kepala "Kenapa ya kok sekarang-sekarang ini kalau sehari gak minum kopi jadi kayak ada yang kurang?". 

Apakah saat ini minum kopi sudah menjadi suatu kebiasaan di kehidupan generasi millenial dan GenZ ?

Mari kita tarik mundur 5-10 tahun ke belakang. Saat itu, image orang yang ingin minum kopi masih didominasi dengan sistem duduk di kedai kopi, menyeruput secangkir kopi sambil mengadakan pertemuan dengan kerabat ataupun meeting dengan client. Jumlah kedai kopi saat itu juga belum sebanyak sekarang. Namun semua kebiasaan itu telah bergeser. Kini, kopi Grab and Go telah menjadi alternatif pilihan sebagian orang.

Aktivitas yang padat dan pekerjaan kantor yang menumpuk menyebabkan orang-orang kini lebih memilih untuk membeli kopi Grab and Go daripada duduk di kedai kopi. Mereka tetap bisa minum kopi saat di perjalanan menuju kantor atau saat sedang bekerja sekalipun.

Saat ini gerai kopi Grab and Go sudah sangat menjamur di berbagai wilayah di Indonesia. Sebut saja Kopi Kenangan, Janji Jiwa, Kopi Soe, Fore dan masih banyak lagi.  Ditambah dengan adanya kemudahan ekstra dari layanan ojek online yang dapat memudahkan mereka untuk mendapatkan segelas kopi tanpa harus keluar kantor.

Penikmat kopi  sudah membiasakan tubuhnya untuk mengonsumsi kopi setiap harinya. Tubuh mereka secara otomatis membentuk alarm alaminya yang akan "berbunyi" di setiap jam-jam krusial (ditandai dengan mata yang ngantuk dan konsentrasi yang menurun).

Otak, tangan, dan mulut secara langsung tersinkronisasi untuk menjalankan tugasnya masing-masing dalam mengatasi situasi seperti ini. Tanpa berpikir panjang otak akan menyuruh tangan untuk mengambil smartphone, membuka aplikasi ojek online dan mulut mulai berteriak "Kopi yuk kopi". 

Tidak ada yang salah dengan runtutan cerita di atas. Kejadian tersebut bisa terbentuk karena adanya konsep "Habitual Buying". Habitual buying adalah kondisi dimana seorang pembeli tidak perlu berpikir panjang sebelum membeli sebuah produk yang sudah rutin ia beli.

Dalam arti kata lain, saat akan memutuskan untuk membeli suatu produk, pembeli tersebut tidak memerlukan pertimbangan apapun dari alam bawah sadarnya. Habitual buying behavior sering terjadi pada produk-produk yang cenderung low cost dan routine purchasement.

Membeli minuman es kopi gula aren, saat ini dapat dikategorikan sebagai habitual buying behavior bagi kebanyakan orang. Mereka tidak memerlukan kesadaran penuh untuk membuat keputusan akan membeli es kopi gula aren atau tidak.

Habitual buying adalah kondisi dimana seorang pembeli tidak perlu berpikir panjang sebelum membeli sebuah produk yang sudah rutin ia beli.  Habitual buying behavior sering terjadi pada produk-produk yang cenderung low cost dan routine purchasement.

Pada akhirnya, kebiasaan tersebut membentuk suatu siklus tak berujung. Kebutuhan akan kopi yang merujuk pada merk tertentu akan sulit dihilangkan. Masalah baru pun akan bermunculan seperti masalah kesehatan yang muncul di usia muda akibat mengonsumsi kopi dengan kandungan gula yang tinggi secara rutin, masalah financial yang muncul akibat "kebocoran" dana pembelian kopi yang setiap hari di lakukan sehingga masyarakat sulit untuk menyisihkan dana darurat dan dana simpanan lainnya, serta masalah-masalah lainnya yang mungkin akan muncul di kemudian hari.

Alangkah baiknya, kita sebagai penikmat kopi kekinian dapat tetap bersikap bijak mengatasi kebiasaan minum kopi ini. Sebagai contoh kita bisa membatasi jumlah konsumsi kopi kekinian dalam setiap minggu atau bulannya. Selain baik untuk kesehatan, pembatasan ini tentu juga akan menyelamatkan "kantong" dan mengalihkannya ke tabungan-tabungan yang lebih bermanfaat.

Jehan Nabilah
Mahasiswi S2 - Management in Technology
President University

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun