Generasi Z, yang lahir pada rentang tahun pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang sarat dengan perkembangan teknologi, globalisasi, serta arus informasi yang sangat cepat. Kondisi ini menghadirkan peluang besar, namun sekaligus tantangan serius, terutama dalam hal pembentukan karakter dan perilaku etis. Karakter yang kuat dan etika yang baik menjadi bekal penting agar Gen Z mampu berkontribusi secara positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Karakter dapat dipahami sebagai seperangkat nilai, sikap, dan kebiasaan yang tertanam dalam diri individu, yang kemudian tercermin dalam tindakan sehari-hari. Pada era digital, di mana informasi begitu mudah diakses dan budaya global masuk tanpa batas, Gen Z membutuhkan fondasi karakter yang kokoh agar tidak terjebak dalam perilaku menyimpang, seperti intoleransi, individualisme berlebihan, maupun gaya hidup instan.
Dengan memiliki karakter yang baik, generasi ini mampu menyeleksi informasi, mengendalikan diri, serta menempatkan kepentingan bersama di atas ego pribadi. Hal ini menjadi semakin penting mengingat Gen Z akan mendominasi jumlah penduduk produktif dalam beberapa dekade mendatang.
Perilaku etis berarti bertindak sesuai dengan nilai moral, norma sosial, dan prinsip keadilan. Dalam konteks kehidupan modern, etika bukan hanya diperlukan dalam ruang publik, melainkan juga dalam interaksi digital. Misalnya, menjaga kejujuran dalam berbagi informasi, menghormati privasi orang lain, serta menghindari ujaran kebencian di media sosial.
Karakter yang terbentuk dengan baik akan menjadi dasar bagi perilaku etis ini. Sebaliknya, lemahnya karakter sering kali berujung pada perilaku yang tidak etis, seperti plagiarisme, penyalahgunaan teknologi, atau perilaku konsumtif tanpa kontrol.
Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Gen Z
- Keluarga
Menjadi lingkungan pertama tempat anak mengenal nilai-nilai moral. Keteladanan orang tua akan sangat menentukan kualitas karakter anak.
Sekolah dan perguruan tinggi berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, disiplin, serta kerja sama.
- Lingkungan Sosial
Teman sebaya dan komunitas mempengaruhi cara Gen Z berperilaku. Budaya positif dalam kelompok akan mendorong terbentuknya perilaku etis.
- Media dan Teknologi
Sebagai generasi digital native, Gen Z perlu diarahkan agar menggunakan teknologi secara produktif dan bijak, bukan sekadar untuk hiburan instan.
Mengapa pembentukan karakter begitu mendesak bagi Gen Z?Â
Karena generasi ini hidup pada era yang ditandai dengan persaingan global, ketidakpastian, dan kompleksitas masalah sosial. Tanpa karakter yang kuat, mereka berisiko kehilangan jati diri, mudah terpengaruh budaya luar, bahkan rentan terhadap penyimpangan etis.
Sebaliknya, Gen Z yang berkarakter tangguh akan mampu menghadapi tantangan, berpikir kritis, serta tetap menjunjung tinggi nilai moral. Hal ini sangat penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berintegritas dan memiliki empati sosial.
Pembentukan karakter dalam perilaku etis pada Generasi Z bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Di tengah derasnya arus digitalisasi dan globalisasi, karakter menjadi penuntun agar generasi ini tetap teguh pada nilai-nilai kebaikan. Dengan dukungan keluarga, pendidikan, masyarakat, dan pemanfaatan teknologi yang bijak, Gen Z diharapkan mampu menjadi generasi yang tidak hanya unggul secara pengetahuan, tetapi juga bermartabat dalam etika dan moralitas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI