Mohon tunggu...
Nabila Afira Quraina
Nabila Afira Quraina Mohon Tunggu... Konsultan - Female

bebas menulis sesuai dengan ide, pengalaman, dan gaya bahasaku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi Lain Ibu yang Membuatku Terpana

21 April 2020   17:21 Diperbarui: 21 April 2020   17:50 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tapi benar lho, yang bikin heran adalah teman-teman sering memuji ibuku bahwa beliau cantik. Ini sih yang kadang bikin aku sendiri seneng karena ikut disangkutpautkan. "pantesan aja anaknya cantik, lha wong ibunya juga bibit unggul". Celetuk temanku.

Pernah suatu ketika di awal tahun 2020 sebelum corona menyerang, aku dan teman-teman nongkrong di sebuah cafe. Biasalah anak muda. Pas asyik ngobrol saat akan bergegas pulang, sampailah ibu and the geng lagi asyik juga memesan camilan dan minuman.

Sontak aku kaget dan pura-pura tidak lihat. Eh, apesnya malah disapa oleh salah satu anggota emak-emak hits diantara ibuku and the geng. Teman-temanku heran, bingung, sekaligus terpana bahwa ibu-ibu usia 50 tahun-an juga ikut nongkrong di cafe anak muda.

Keempat, ibu tidak selamanya cuek, jutek, dan pemarah. Ada kalanya ibu bisa untuk diajak curhat. Dibanding ayah, memang ibu adalah tempat curhat terbaik dari segalanya yang terbaik. Rasanya lega sekaligus seperti mendapat ridho-Nya ketika curhat dengan beliau.

Untuk keputusan apapun bila aku sedang buntu dan  tidak dapat mencari solusi, pasti aku akan cerita. Namun, sayangnya moment-moment seperti itu sangat jarang dan bahkan hampir tidak pernah ku lakukan lagi.

Kelima, aku suka masakan ibu. Rata-rata enak. Beruntung sekali memiliki ibu yang pandai memasak. Walaupun ibu juga memiliki kekurangan, beliau tidak ingin membuat suami dan anak-anaknya kelaparan. Bersyukur memiliki ibu sekaligus chef handal di rumah.

Ternyata ada lho salah satu temanku yang pernah mengeluh tentang masakan ibunya yang katanya 'kurang pas' di lidah. Ada lagi cerita konyol yang jelasin begini, "masak sayur asem dikasih saos sambel yang buat nyocolin kentang goreng? Kan gak nyambung!". Hmm ternyata memang tidak ada ibu yang sempurna di dunia ini ya.

Masih banyak lagi sisi lain dari ibu yang dapat aku ambil hikmah dibalik setiap keputusan takdir yang diberi oleh-Nya. Sebenarnya aku tidak malu, tidak kecewa dan tidak begitu mengagumi ibu. Katakanlah aku bersikap netral. Tidak sepenuhnya "iya" dan tidak sepenuhnya "tidak".

Bila orang lain dengan tegas berkata bahwa ia sangat menyayangi ibu dan keluarganya, itu tidak berlaku bagiku. Karena aku sendiri pun juga bingung. Aku tidak mencintai ibuku, namun aku juga tidak membenci beliau.

Dengan sifat beliau yang seperti itu membuatku tumbuh menjadi sosok wanita yang harus tau batas garis keras dalam bergaul dengan lawan jenis. Ibu pernah bilang, "kamu tuh dikejar. Jangan ngejar-ngejar". Aku setuju dengan statement itu.

Selain itu, sikap ibu yang sangat moody membuatku lebih mengerti bahwa setiap orang memiliki karakter unik sendiri-sendiri. Berkat ibu, aku jadi lebih mengerti bagaimana menghargai orang lain ketika sedang berkomunikasi. Perhatian dan menatap mata dengan lawan bicara adalah hal kecil namun penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun