Mohon tunggu...
Nabila Afira Quraina
Nabila Afira Quraina Mohon Tunggu... Konsultan - Female

bebas menulis sesuai dengan ide, pengalaman, dan gaya bahasaku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musibah Corona sebagai Pengingat Manusia

29 Maret 2020   14:25 Diperbarui: 29 Maret 2020   14:53 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan ketiga di awal 2020 ternyata menjadi episode cerita mencekam bagi seluruh penghuni semesta. Banyak berita dari seluruh penghujung dunia memberitahukan, menghimbau, dan memperketat aturan yang ada. Bagi siapapun yang melanggarnya, denda dan hukuman penjara menjadi sebuah ide untuk mendisiplinkan khalayak. Aku setuju dengan peraturan yang ada. Kadang manusia egois masih saja menyepelekan keadaan. Siklus pemberontak itu akan selalu berputar hingga salah satu dari mereka terkena akibatnya.

Masih ada manusia-manusia egois menyepelekan keadaan yang saat ini begitu tidak bersahabat. Keadaan yang begitu mencekam sehingga membuat bumi kita menderita. Ya, bumi kita sedang sakit kronis dan menderita cukup parah. Tapi masih saja sebagian dari kita tidak peduli akan hal itu dan tetap mementingkan kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampaknya. Apakah harus menunggu korban berjatuhan baru lah sadar akan apa yang telah kita lakukan?

Manusia-manusia abai itu baru berhenti ketika berita memberitahukan sudah banyak korban bertambah yang makin hari menunjukkan skala kenaikan yang signifikan. Manusia yang "ngeyel", baru percaya pada sesuatu keadaan yang sudah menjadi bubur, yang sudah terlanjur. Berita online dan offline dipenuhi dengan judul yang begitu menyesakkan dada, tentang COVID-19 yang biasa kita sebut "corona". Virus yang berasal dari kota Wuhan, China, berhasil menembus batas wilayah negara hingga akhirnya meluas cepat hingga diseluruh dunia.

Kita tidak dapat menyalahkan China sebagai penyebab utama dari tersebarnya virus ini. Mereka pun juga turut menderita dan tidak sedikit dari mereka harus menyaksikan teman atau anggota keluarga terjangkit virus dan berakhir meninggal. Tapi dibalik itu semua, pernahkah kita berpikir bahwa semua ini adalah campur tangan Tuhan? Tuhan menginginkan kita untuk berhenti sejenak dengan kesibukan dunia dan kembali untuk mengingat-Nya karena Dia adalah sebaik-baik pencipta semesta.

Pernahkah kita berpikir, mungkin Tuhan kecewa atas sikap kita memperlakukan kehidupan dengan cara tidak manusiawi. Sebagian dari kita telah menyalahi hukum dan aturan alam yang seharusnya tidak patut untuk dilanggar. Namun, kita sebagai manusia merasa tinggi hati dan merasa segala yang dilakukan adalah baik. Baik bagi mereka yang memilih untuk mendapatkan keuntungan pribadi tanpa mempedulikan amalan-amalan apa yang telah dipersiapkan untuk akhirat kelak. Wahai manusia, dimana letak nurani kita berada?

Semenjak corona bertamu di wilayah negara ini, pemerintah membuat aturan terhadap masyarakat untuk menutup diri terhadapnya. Lagian siapa sih yang ingin terjangkit virus lancang ini? pasti semua tidak ingin! Disini, Semua orang ketakutan dan panik. Dimana-mana tersebar tulisan yang membahas tentang corona setiap hari dan setiap saat. Mengapa disaat ada wabah virus ini barulah kita ingat bahwa sebaik-baik pencipta adalah Tuhan yang Esa? Kemana saja kita ketika corona belum menyerang?

Aku menulis ini bukan bermaksud untuk sok suci dan menghakimi mereka yang suka maksiat tiba-tiba taubat. Tidak, aku tidak pernah berpikiran konyol seperti itu. Hanya saja aku menyayangkan mereka, mengapa baru sadar bahwa tiada yang hebat didunia ini kecuali yang menciptakan kita. Ketika corona datang, baru lah kita merasa kecil. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan milik Sang Pencipta. Terkadang jika kita berada diatas, kita lalai akan tugas kita sebagai manusia yang beriman. Kita terlalu terbuai dengan keindahan duniawi yang kadang memang menyesatkan.

Bagi sebagian manusia percaya bahwa hidup dan mati adalah milik Tuhan. Ya, aku juga menganut kepercayaan itu. Namun bukan berarti kita tidak berikhtiar, bukan? Walaupun kita tidak akan tahu siapa diantara kita selanjutnya yang akan terjangkit virus corona ini, setidaknya kita tetap harus waspada dan mencegah se-maksimal yang bisa dilakukan. Bukan berarti kita diam saja tanpa melakukan apapun, jangan sampai kita mati konyol hanya karena virus ini. Jangan sampai corona menertawakan kita karena ulah kita sendiri.

Wabah yang diturunkan Tuhan terhadap kita, aku yakin suatu saat akan mejadi hikmah dan sejarah kita di usia senja. Betapa waktu terasa begitu berharga apabila kita sering melakukan komunikasi dan memohon dengan Tuhan ketimbang kita sibuk dengan urusan duniawi. Tuhan tidak butuh kita, tapi kita lah yang butuh Tuhan. Jadi, jangan sampai diantara kita sombong (lagi) dan merasa kita tidak butuh Dia. Mungkin Tuhan sedang kecewa terhadap kita, bagaimana bisa kita lupa terhadap sang Pencipta.

Lalu, bila kita mengingat Tuhan , bagaimana dengan mereka yang tidak percaya Tuhan?

Itu biar menjadi urusan-Nya, kita tidak pernah tau apa yang Tuhan rencanakan untuk seluruh umat manusia. Kadang Tuhan memberi nikmat bagi mereka (yang tak beragama) yang kita tidak selalu paham. Cukuplah kita menyadari diri bahwa tiada yang lebih berkuasa di dunia ini kecuali Tuhan yang Maha Esa.

Wallahualam bii showab..

Semoga musibah ini cepat selesai. Percayalah, akan ada pelangi setelah hujan :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun