Mohon tunggu...
Nabila
Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa jurusan tadris ips

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"SAYYANG PATTUDU" Tradisi Suku Mandar

6 Januari 2025   22:30 Diperbarui: 6 Januari 2025   21:19 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Missawe sayyang pattudu Sumber: Instagram

Sayyang Pattudu adalah warisan budaya suku mandar yang tidak dimiliki oleh suku lain, sayyang pattudu diartikan yaitu kuda menari yang diadakan sebagai bentuk syukuran pada acara khatam Al-Quran dimana kuda di hias dan kemudian di tunggangi mengelilingi kampung di iringi tabuhan musik rebana dan syair pantun khas mandar yaitu kalindada.

Sayyang Pattudu adalah kuda menari yang dilakukan saat seseorang telah khatam Qur’an atau juga di laksanakan pada acara pernikahan, dimana baik laki-laki ataupun perempuan di perbolehkan untuk melaksanakan tradisi ini selama syaratnya terpenuhi. Dalam prosesi sayyang pattudu selain atraksi dari kuda yang di tunggangi juga di iringi dengan musik rebana dan juga “kalindada” atau pantun. Selain itu hiasan pada kuda juga menjadi daya tarik pada tradisi ini. Adapun aturan pakaian yang di gunakan yaitu jika perempuan menggunakan “lipa” (sarung) sabbe serta “baju pokko” khas mandar dan jika laki-laki biasanya menggunakan baju gamis kokoh dan sorban di kepala.

Sayyang pattudu tidak wajib dilaksanakan karena tidak semua masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang setara sehingga tradisi ini hanya di lakukan jika bagi mereka yang mampu dalam hal ekonomi Karena tradisi ini membutuhkan biaya yang lumayan tinggi. Sayyang  pattudu juga dilaksanakan bertepatan dengan maulid Nabi Muhammad SAW dan dilaksanakan secara besar-besaran hingga mencapai ratusan ekor kuda di beberapa daerah di kabupaten Polewali Mandar. Selain menaiki kuda, tradisi ini juga melibatkan acara makan bersama setelah prosesi selesai. Kuda yang digunakan biasanya di sewa beserta perlengkapan hiasannya, dan anak-anak yang menaiki kuda juga di jaga oleh laki-laki untuk memastikan mereka tidak terjatuh yang biasa di sebut passawi. 

Passarung Sayyang pattudu Sumber: kilas sulawesi
Passarung Sayyang pattudu Sumber: kilas sulawesi

Pada saat khatam Al-Quran ,sayyang pattudu dilakukan di rumah anak yang bersangkutan. Anak tersebut menaiki kuda dari rumah menuju tempat mereka belajar mengaji, dimana mereka membaca Al-Quran sebagai bentuk syukur dan memberikan ucapan terima kasih kepada guru mengaji. Setelah itu, prosesi di lanjutkan dengan berkeliling kampung, sebelum kembali ke rumah untuk makan bersama.

Tradisi sayyang pattudu sangat berkaitan dengan nilai islam karena latar belakang dari pelaksanaan tradisi ini yaitu sebagai bentuk rasa syukur anak-anak yang telah berhasil menghatamkan Al-Quran dan juga sebagai motivasi agar anak-anak yang lain juga segera khatam Al-Quran. Tradisi ini merupakan akulturasi antara budaya islam dan budaya mandar, tradisi ini mengandung nilai-nilai islam seperti membaca Al-Quran dan bershalawat kepada Nabi.

Tradisi sayyang pattudu masih dilaksanakan dan tetap di jaga secara turun temurun khususnya bagi masyarakat suku mandar. Tradisi ini sangat di tunggu-tunggu pelaksanaannya setiap tahun bahkan banyak event kegiatan yang di laksanakan dengan  tradisi ini sebagai daya tarik utama. Adanya kebanggaan anak-anak yang telah melaksanakan tradisi ini juga menjadi dorongan tersendiri sehingga tradisi sayyang pattudu senantiasa menjadi rutinitas yang banyak masyarakat laksanakan setiap tahunnya dan hal ini juga di dukung oleh pemerintah sehingga budaya khas suku mandar ini menjadi salah satu aspek pariwisata budaya yang ada di wilayah Polewali mandar.

Event sayyang pattudu Sumber : Indigo99
Event sayyang pattudu Sumber : Indigo99

Tradisi sayyang pattudu sangat penting untuk di laksanakan karena banyak manfaat yang di peroleh dari tradisi ini serta banyak pelajaran yang tersirat yang dapatkan. Mulai dari bentuk apresiasi dan motivasi bagi anak untuk lebih giat dalam membaca Al-Quran serta dengan tradisi ini kita dapat menumbuhkan sikap gotong royong dan saling membantu sehingga terjalin rasa persaudaraan antar sesama manusia selain itu juga menjadi bentuk eksistensi dalam upaya memperkenalkan tradisi khas dari suku mandar. Dengan adanya tradisi ini juga meningkatkan perekonomian masyarakat karena dengan banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan langsung dan berdampak pada UMKM, selain itu juga menyediakan lapangan kerja dan pendapatan bagi pemilik kuda maupun seluruh bagian pada tradisi tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun