Mohon tunggu...
ranny m
ranny m Mohon Tunggu... Administrasi - maroon lover

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tantangan Bernama Hoaks

21 November 2019   08:28 Diperbarui: 21 November 2019   08:25 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Faktanya penyebaran hoax itu masih massif di tengah masyarakat Indonesia yang harusnya mulai lebih cerdas karena tuntutan jaman. Kecerdasan yang seyogyanya didapatkan dari kemudahan akses informasi dan pengetahuan. Jarak dan biaya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang dulu terasa cukup berat, semisal harus menyeberangi sungai pakai getek, itu sekarang bisa diakses hanya dengan sentuh-sentuh gawai saja.

Harusnya, kemudahan itu berbanding lurus dengan peningkatan kecerdasan. Namun di lapangan, entah mengapa, yang tampak malah pola pikir yang terbalik. Entah apa motivasinya. Apa karena ingin eksis? Ingin terlihat up to date? Atau apa? Tapi rasanya bukan motivasi itu yang terpendam. Justru karena kepolosan dan niat baik untuk menyebarkan "kebenaran" yang rasanya memang menjadi motivasi seseorang tanpa sadar menyebarkan hoax.

Jika pelaku merupakan anak kecil, SD misalnya, yah mungkin masih wajar. Kita dulu jaman SD juga suka bisik-bisik menyebarkan kabar burung kan ke teman-teman. Mengapa wajar? Ya karena akses untuk memperoleh kebenaran masih terbatas. Gawai tidak selalu di tangan. Acara berita televisi pasti tidak ditonton, karena lebih suka nonton kartun. Jadi, masih bisa dimaklumi jika anak SD yang dengan sok tahunya nyebar hoax.

Tapi toh, jika kita perhatikan whatsapp  group, isinya siapa? Emak-emak kan? Bapak-bapak kan? Yang notabene usia sudah di atas kepala 3. Sudah pernah sekolah paling sedikit 12 tahun. Sudah nonton tv berpuluhan tahun. Tapi apakah menjadi mereka untuk tidak menjadi pelaku penyebar hoax? Kelakuannya sebelas dua belas dengan anak SD, yang dengar sedikit berita, langsung disampaikan ke teman-temannya, tanpa mengecek terlebih dahulu kebenaran berita tersebut.

Miris!

Seharusnya kita bisa lebih bijak menerima pesan berantai yang diterima di whatsapp group atau platform media lainnya. Jangan terlalu enteng untuk meneruskan pesan tersebut bahkan jika anggap bahwa beritanya bagus dan bermanfaat. Karena nyatanya, sebagian besar pesan berantai tersebut isinya adalah hoax! Baik hoax keseluruhan maupun hoax sebagian.

Lantas bagaimana cara menghadapi penghuni whatsapp group yang ringan jari begitu? Mau ditegur, khawatir tersinggung. Dibiarkan saja, kok ya ngeselin. Saya pribadi pernah coba menegur penghuni whatsapp group keluarga yang ringan jari begitu, setelah sebelumnya saudara yang lain mencoba dengan lebih santun menegurnya. Ya tapi kan keluarga.

Sudah tahu karakter masing-masing juga. Sudah tahu, kalau si A yang ngomong suruh berenti, ya harus berenti. Tapi bagaimana dengan whatsapp group rekan kerja misalnya? Yang perasaannya biasanya lebih baperan. Lalu whatsapp group arisan, pengajian dan lainnya? Sulit memang untuk meng-counter-nya.

Mungkin memang lebih indah jika masing-masing dari kita mencoba menahan jari kita masing-masing. Kalau orang jaman dulu, tantangannya ada pada nafsu yang harus dikendalikan, kalau orang jaman sekarang, selain nafsu, jari juga mesti dikendalikan.

"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban." (QS. Al-Isra':36)

 "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun