Mohon tunggu...
nasri kurnialoh
nasri kurnialoh Mohon Tunggu... STAI Haji Agus Salim Cikarang

Nasri Kurnialoh lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogakarta. Alumni Pondok Pesantren Di Tasikamalaya dan Yogakarta. Saat ini saya sangat bersemangat untuk mengabdi kepada agama, nusa dan bangsa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa Dalang Kerusuhan

30 Agustus 2025   16:00 Diperbarui: 30 Agustus 2025   13:26 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika saja kerusuhan adalah sebuah pertunjukan, tentu ada dalangnya. Ada pula penulis skenarionya, ada pula aktor serta latar yang jadi pemicunya. Namun, tidak semua kerusuhan itu by design, bisa terjadi begitu saja, mengalir dan peristiwanya begitu cepat. Apapun jenis kerusuhan 28 Agustus 2025 yang menewaskan Saudara kita Affan Kurniawan dan memantik kerusuhan di berbagai daerah, keduanya bisa dianalisa. Keduanya berlaku hukum kausalitas, tidak ada asap kalau tak ada api. Jika ada akibat (kerusuhan) maka ada sebab. Sebab itu bisa dianalisa kemana-mana, termasuk dalang dan narasi yang dibangun. Bisa benar bisa juga salah bisa juga abu-abu.

Lantas bagaimana analisanya. Pertama, dalang dari semua ini adalah kebijakan pemerintah yang buat rakyat marah. Mulai dari kenaikan PPN 15%, Pemblokiran rekening nganggur, dilarang jual gas 3 Kg bagi pedagang kecil, PBB naik beratus kali lipat, guru beban negara, dan yang paling klimaks adalah saat pengumuman gaji DPR RI 3 juta per hari (Rp. 100 Juta perbulan) dengan tambahan 50 juta untuk sewa pengganti rumah dinas. Setelah paripurna itu, para dewan yang terhormat berjoget seolah bahagia padahal rakyat lagi benar-benar susah. Investasi banyak yang kabur, Gudang Garam hampir bangkrut, Sritex sudah gulung tikar, PHK terjadi, inflasi sulit dibendung, harga kebutuhan dasar melangit, mencari uang pun sulit.

Rakyat menerima kenyataan itu, tapi narasi yang dibangun seolah pemerintah memiliki kebijakan yang pro elitis dan abai pada populis. Di situlah rakyat marah dan satu-satunya pusat kemarahan pada wakilnya di DPR. Eh anggota DPR-nya seperti menantang. Bilang tolol-lah, bilang duit segitu diributinlah, bahkan video yang muncul makain buat marah massa. Apalagi, tragedi pupusnya Affan Kurniawan yang membuat Ojol seluruh negeri terketuk solidaritasnya untuk mencari keadilan pada polisi. Sudah banyak sekali sekam kemarahan para ojol pada polisi sejak lama, dipantik dengan brutalnya melindas anggota mereka, jadilah "pertempuran" polisi-ojol yang merebak ke mana-mana. Tentu semua punya alasan, tapi bergesernya dari isu "Bubarkan DPR" ke sweeping mobil polisi dan bahkan mobil dinas dan semakin anarkis di lapangan tentu ini membahayakan. Bakar-bakaran jadi isu dan solusi emosional.

Kedua, dalangnya bisa jadi para pembesar negeri yang punya pengaruh serta konektifitas pada kekuasaan. Upaya isu Fufufafa dan pemakzulan Gibran yang belum saja sukses tentu membuat gusar mereka. Jika jalan konstitusi yang ketua DPR tak berani bahas tentang ini di Paripurna belum saja berhasil maka jalan terakhir adalah membuat kekacauan. Mereka ahli di bidang ini. Terekam banyak video bahwa para intel memprovokasi agar masa dan polisi terpancing amarahnya. Mereka baku hantam. Terekam pula provokasi yang entah siapa yang memancing sehingga jadi anarkis. Katanya pula, ada perintah untuk menggilas ojol yang menghalangi Rantis Barracuda di suara microphone. Entah benar apa tidak, namun yang jelas puzzle itu jika disambung bisa juga memetakan keterlibatan mereka hingga ini terjadi.

Ketiga, dalangnya adalah kekuatan besar internasional. Ada banyak kekuatan yang tak ingin Indonesia maju. Ada Singapura yang tak mau kepentingan Malakanya terganggu. Ada Israel yang kemarin merasa terkecoh saat 17 Agustus Indonesia merayakan kemenangan dengan mengirim bantuan ke Palestina melalui udara bersama Baznas. Ada AS yang tak rela Indonesia masuk BRICS. Ada Malaysia yang kemarin sempat gemetar saat lihat TNI kerahkan alat tempurnya di Ambalat. Tentu mereka tidak bisa main langsung ke gelanggang kerusuhan, tapi mereka cukup modal untuk mengacaukan Indonesia. Mereka menguasai algoritma medsos, cukup asupan tontonan bangsa ini diatur. Narasi dan keberpihakan negatif atas bangsa ini dimunculkan sehingga opini publik terbentuk.

Mungkin yang membuat adalah masyarakat kita, tapi yang mengatur apa dan bagaimana video pendek yang muncul FYP adalah mereka. Algoritma bukan lagi tentang kepentingan kebaikan massa tapi didesain untuk menciptakan yang disukai massa. Bukankah era ini "the bad news is good news"? Massa lebih senang berita buruk daripada berita baik. Nah, untuk memantik kekacauan di Indonesia itu sangat mudah. Kendalikan algoritmanya, dorong influencer untuk menarasikan kejelekan pemerintah, fyp-kan seluruh peristiwa yang memantik kemarahan rakyat dan tunggulah saat yang tepat bahwa kemarahan itu berbuah kerusuhan.

Ini hanya sebuah analisa. Entah mana yang benar, bisa semuanya salah bisa juga semuanya benar. Dalam politik, intrik itu halal. Kekacauan atas nama rakyat dengan narasi revolusi, reformasi dan gulingkan adalah hal biasa. Selalu ada korban untuk meraih kuasa. Politik selalu menggunakan rasa penindasan dan ketidak adilan rakyat untuk mengubah kekuasaan. Rakyat memang selalu jadi korban, tapi itulah dramanya. Semoga saja, kerusuhan ini benar-benar sebagai jalan untuk memperbaiki jalan bangsa ini. Jalan di mana kita ingin maju, ingin sejahtera, adil dan makmur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun