Mohon tunggu...
Mita Karunia
Mita Karunia Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis untuk menyapa semesta

email : mitakarunia40@gmail.com | https://twitter.com/mitakarunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran yang Didapatkan Ketika Ditinggalkan Nobu

10 November 2019   10:03 Diperbarui: 10 November 2019   10:55 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nobu, begitu panggilannya. Bukan hanya sekedar hewan peliharaan, dia adalah salah satu teman sekaligus sahabat kami di rumah. Keseharian kami selalu dihiasi oleh perilaku yang lucu dan menghibur darinya. Kurang lebih empat tahun hari-hari kami bersamanya, dan kini seminggu sudah ia berada di sana. Sedih memang ditinggalkan sesuatu yang sangat kami sayangi.

Sehari sebelum Nobu pergi meninggalkan kami selama-lamanya ia tampak kurang sehat. Badannya semakin kurus. Tiba-tiba muntah dan pipis sembarangan. Lantas kami sempat mengomel karena ia pipis tidak pada tempat yang telah disediakan. Usut punya usut, ia memang sedang sakit. Biasanya dari yang kami lihat ketika ia sakit seperti itu, dua atau tiga hari kemudian akan sembuh dan kembali sehat.

Namun, pada keesokan harinya yang terjadi justru kesehatan Nobu semakin menurun. Makan dan minum enggan, bahkan pipis dan buang airpun tidak. Makanan keringnya tak disentuh sama sekali. Saya mulai berpikir mungkin jika dibelikan makanan basah dia akan makan. Menjelang siang sekitar jam sebelas-an siang saya kembali ke rumah untuk mengecek keadaannya sekaligus memberikan makan dengan makanan basah yang barusan saya beli. Tetap saja, ia tak ingin makan. Akhirnya, saya diamkan saja untuk saya tinggal makan siang dan istirahat sejenak.

Tak lama berselang, keadaannya semakin parah. Seperti sakaratul (ternyata memang sakaratul maut) ia mulai kejang-kejang. Semakin sedih dan khawatirlah saya. Sebab, yang berada di rumah saat itu hanya saya seorang karena anggota keluarga yang lain sedang beraktivitas di luar. Sesegara mungkin, saya bawa dia ke dokter hewan untuk diperiksakan kesehatannya.

"Dok, Nobu Dok. Kejang-kejang." Kata saya dengan sangat khawatir setibanya di Pet Shop tempat dokter hewan langganan praktik. Untungnya saya datang saat dokternya sedang praktik. Dengan sigap si dokter langsung mengecek keadaan Nobu.

"Waduh, sudah terlambat nih. Sudah tidak bisa diselamatkan."

Sedih bukan main, ternyata saya sudah terlambat. Ajal sudah menjemputnya. Lantas apa yang bisa saya perbuat? Mau saya nangis sampai berbusa-busa ia takkan kembali lagi.

Ada beberapa pelajaran yang dapat saya ambil ketika Nobu pergi untuk selama-lamanya.

Pertama, belajar lebih peka dan lebih memahami. Kesalahan saya di sini adalah tidak bertindak lebih cepat untuk memeriksakannya ketika dia sakit. Sayapun kurang memahami jika ia sedang sakit separah itu. Maklum, namanya hewan jika kita tidak peka terhadapnya sangat sulit bagi kita untuk menyadari jika dia sedang sakit. Mengingat bahasa manusia untuk berkomunikasi dengan hewan perlu menggunakan cara yang tidak biasa, yaitu kepekaan dan memahami karakternya

Kedua, belajar ikhlas. Berat rasanya ditinggalkan Nobu. Meskipun dia hewan, tapi dia tetap mahluk hidup yang tidak jauh berbeda dengan saya, seorang manusia. Insya Allah di hati kami Nobu tidak tergantikan, meskipun nanti raganya akan tergantikan oleh kucing yang lain.  

Ketiga, dapat ilmu baru. Benar, saya mendapatkan ilmu baru mengenai penyakit yang dideritanya. Setelah dijelaskan sang dokter penyakit yang diderita oleh Nobu adalah penuhnya kantong kemih oleh urin yang tidak dikeluarkan. Penyebab tidak keluar urin tersebut seperti, kekurangan minum, makanan kering dan basah yang tidak seimbang, stress, atau tidak kawin. Point yang terakhir yaitu tidak kawin saya kira adalah point yang dialami oleh Nobu. Pasalnya, karakter Nobu adalah kucing yang tidak mengeong layaknya kucing pada umumnya. Suara yang ia keluarkan seperti Limbad, hanya hmmmmm...hmmmm..... yang panjang. Lalu, Nobu adalah kucing yang sedari kami rawat dari umur kurang lebih dua bulan juga tidak pernah kami liat kawin seperti kucing lainnya. Bahkan dekat dengan kucing cewek saja ia malah menciut, lalu kawinnya bagaimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun