Sebagai penikmat kopi yang sejati, tentu tidak asing bagi kita mendengar nama Flores. Ya, Sebuah pulau kecil nan indah yang dikelilingi hamparan gunung dan perbukitan yang hijau hingga melahirkan sebuah julukan yang sangat pas oleh bangsa kolonial dulu, yaitu Folres Pulau Bunga, karena bentuknya yang memang menyerupai bunga.
Berbagai jenis tanaman kopi yang berasal dari daerah ini, khususnya Flores bagian barat yaitu Bajawa dan Manggarai, telah berkontribusi dalam memberikan kenikmatan kepada para penikmatnya diseluruh Indonesia bahkan dunia. Sebut saja seperti kopi Arabika dan kopi Robusta, marak dijumpai di  hampir setiap warkop dan kafe - kafe tanah air. Tidak berlebihan jika banyak orang kemudian memuji daerah ini sebagai surganya penghasil kopi.
Jika bukan penikmat kopi, maka daerah ini masih menawarkan satu komoditas lain. Yaitu cengkeh, yang kerap dijadikan bumbu dalam masakan sehingga memberikan kenikmatan dalam kelezatan makanan. Dalam tulisan ini, kita akan membahas beberapa hal tentang :
1. Peran kopi dan cengkeh dalam menggerakan roda perekonomian lokal. Khususnya daerah Manggarai.
2. Bagaimana konsumsi kopi dan cengkeh nasional yang belakangan telah memberikan dampak positif bagi para petani kopi dan cengkeh.
3. Kekurangan atau hambatan dalam mengoptimalkan kedua komoditas ini sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi yang kuat.
4. Bagaimana sebaiknya peran pemerintah pusat, dalam hal ini negara dalam mengambil langkah konkrit agar kedepannya para petani kopi dan cengkeh serta masyarakat setempat bisa lebih sejahtra dari manfaat kedua komoditas ini.
1. Peran Kopi dan Cengkeh dalam menggerakan roda perekonomian lokal (Manggarai).
Kopi dan cengkeh sudah pasti bukan hanya sekadar produk pertanian biasa. Kedua komoditas ini adalah sumber mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk. Petani akan mendapatkan uang dari hasil jual panenan, sementara masyarakat lain mendapatkan upah sebagai buruh pada musim panen.Â
Untuk cengkeh, bukan hanya biji saja yang dijual. Daun - daun cengkeh yang kering juga dijual untuk kemudian diolah menjadi minyak cengkeh. Jadi, yang tidak memiliki kebun cengkeh sekalipun tetap mendapatkan manfaat dari tanaman ini dengan mengummpulkan daun - daun cengkeh kering dari kebun tetangga. Â Cukup sederhana, tapi ini memberikan dampak positif yang luar biasa dalam perputaran roda ekonomi masyarakat setempat.
Selain itu, khususnya di Manggarai, kopi dan cengkeh juga bisa dibilang sebagai warisan budaya. Hal ini karena perkebunan kopi dan cengkeh masih didominasi oleh perkebunan yang merupakan warisan dari orang tua bahkan dari empat atau lima generasi sebelumnya. Lihat saja perkebunan cengkeh di salah satu kampunng di Manggarai Timur, Mano. Rata - rata pokoknya sudah berumur. Ini tentu saja dapat mempengaruhi kuantitas produksi karena beberapa pokok cengkeh yang jarang berbuah. Kalaupun berbuah hanya dua atau tiga tahun sekali.