Apabila waktu bisa diputar, jujur saja saya ingin kembali di usia 20-an dan menata tujuan karier secara terperinci dan jelas. Namun faktanya hal tersebut tidak bisa, lantas bagaimana cara saya menerima kenyataan harus pindah karier di usia tiga puluhan?Â
Tepatnya tahun 2024, usia saya beberapa bulan lagi menginjak angka tiga puluh satu tahun. Posisi saat itu Web Administrator & Data...... Akan tetapi ada hal di luar dugaan terjadi, yes saya menjadi salah satu orang yang mesti menelan pil pahit layoff.Â
Padahal, posisi tersebut cukup ideal buat saya saat itu. Di saat teman-teman kuliah banyak yang menjadi manager dan lainnya, saya mengharapkan karier yang damai, tenang, bisa punya waktu buat menulis di blog pribadi dan ngonten juga.Â
Dengan adanya badai layoff, saya harus bergerak cepat. Mengingat usia saya menginjak angka yang rawan. Yes, di negeri ini kebanyakan lowongan membatasi usia. Cukup sulit bagi saya mencari pekerjaan baru, harus mengalami nganggur sekitar enam bulan.Â
Seorang tulang punggung, tidak bisa bersantai dan idealis terhadap pekerjaan apa yang akan dia pilih. Waktu terus berjalan, saya bertahan dari info job nulis dan ngonten dari sesama teman. Alhamdulillah, saya dikasih teman dan kenalan yang sangat care banget.Â
Di momen kepepet begitu, saya rajin ikut lomba nulis. Beberapa lomba jadi juara favorit dan ada satu lomba ternyata saya juara satu, dengan hadiah yang lumayan.Â
Saya syukuri, bisa survive dalam kondisi yang tidak mudah. Lantas, saya coba bertanya pada teman-teman semasa kuliah adakah info lowongan pekerjaan. Sebagian besar bilang tidak ada. Saya maklum, setiap hari menebar lamaran via beberapa aplikasi pencari kerja, namun masih belum ada kabar gembira.Â
Ada salah satu teman, tidak terlalu dekat namun dia berbaik hati memberikan info lowongan. Saya apply dan ikuti rangkaian test nya. Sayang seribu sayang di tahap akhir saya gagal, padahal secara posisi saya naik level kalau dapatkan pekerjaan tersebut.
Tidak bekerja dengan beban harian akan kebutuhan yang terus mendesak. Membuat saya terus bergerilya, melamar sana-sini nggak bisa santai pokoknya harus segera bekerja.Â
Setelah melalui rangkaian sebuah seleksi, tahun 2025 Alhamdulillah saya bisa kembali bekerja. Namun bidang yang saya geluti memang berbeda dari sebelum-sebelumnya, walaupun posisi ini pernah saya duduki di tahun 2016 dan tahun 2020.Â
Sebuah posisi yang sebetulnya agak saya hindari hahaha, namun apalah daya sudah terpilih. Saya harus belajar lagi, beradaptasi lagi dan menemukan banyak tantangan.
Iya, ketika usia tiga puluhan memulai karier lagi. Maka harus bersiap dengan: belajar lebih cepat, adaptasi lagi dan usahakan bisa kolaborasi dengan dua generasi sekaligus. Untuk job desk sebetulnya sudah dipahami dan bisa dijalankan.Â
Tetapi memenuhi harapan dan ekspektasi atasan serta teman sejawat, itu sangatlah menantang apalagi selaku "anak baru" Terkadang cara berkomunikasi pun berbeda dan harus pandai menempatkan diri.Â
Bisa dibilang saya memulai dari nol lagi, mengosongkan gelas, adaptif, cekatan menghadapi situasi dan kondisi yang berbeda. Belum lagi tidak ada serah terima pekerjaan dari orang sebelumnya.Â
Bertemu rekan yang tidak mau memberi tahu secara jelas, hanya memberi clue dan mesti jadi cenayang hahaha. Menantang, banyak-banyak istighfar. Belum lagi drama pertemanan, meski part ini saya agak acuh tak acuh juga sih.Â
Berpegang teguh pada nasihat seorang atasan "Rekan kerja itu, rekan secara profesional. Nggak usah terlalu akrab dan over sharing". Yap, memang sebaiknya cukup bahas pekerjaan saja atau candaan standart ala orang bekerja.Â
Kemudian, pindah karier di usia tiga puluhan mestinya ambil posisi yang ada jenjang dan bisa jangka panjang. Naas nya, saya hanya di kontrak sekian bulan saja. Lantas selepas habis kontrak saya akan kemana? Masih saya pikirkan dan cari solusi.Â
Melihat situasi ekonomi yang makin hari kian memprihatinkan. Membuka usaha tentu harus siap dengan resiko-resiko , belum lagi modal yang pas-pasan bisa-bisa umurnya tak lama.
Pindah karier, dalam posisi terjepit karena kebutuhan memang sering membuat 'terpaksa' Jalanin aja dulu. Sambil terus mencari titik terang dan solusi lebih baik.Â
Harapannya tentu bisa mendapatkan pekerjaan sesuai passion dan punya kepastian. Minimal bisa bertahan hingga sepuluh tahun kedepan? Tetapi apakah ada? Di tengah badai PHK dan fresh graduate yang masih belum bisa merasakan dunia kerja.Â
Iya, saingannya banyak sekali. Peluangnya cukup kecil. Yang dapat saya upayakan saat ini: upgrade skill, tetap membaca dan menulis. Kursus bahasa, menguasai beberapa bahasa asing dapat menjadi peluang baik. Ya, mana tahu tahun depan saya bisa bekerja di luar negeri? Tidak ada yang tidak mungkin misal memang ada peluang baiknya.Â
Namun, jika saya beneran bekerja di luar negeri. Berapa tahun saya bisa bekerja? Setelahnya saya mau kemana? Hal-hal seperti itu mesti dipikirkan dengan matang.Â
Meski sebagian orang bilang "Biarkanlah hidup mengalir" Hmmppp untuk masalah karier sepertinya tidak bisa seperti itu. Tetap harus dipikirkan matang-matang.
Kalaupun mau beneran pindah karier, banting stir banget, setidaknya harus punya kemampuan mumpuni untuk bisa survive dengan karier yang baru.Â
Bagi yang baru lulus, idealis boleh. Tetapi mesti peka sama situasi juga. Agar lebih realistis dan punya plan jangka panjang. Meski memang ada turut campur antara takdir dan nasib, setidaknya sebagai manusia harus mengusahakan yang terbaik.
Untuk yang pindah karier di usia tiga puluhan, jangan menyerah. Tetap semangat dan jaga nilai diri diimbangi dengan kemampuan yang mumpuni. Memiliki satu keahlian spesifik dan punya banyak keahlian lain, tentu akan bermanfaat untuk kamu bertahan dan memiliki kesempatan karier lebih baik.Â
Jangan pernah lelah belajar, gunakan sekian persen uangmu buat investasi leher keatas. Investasi yang sangat berfaedah dan tidak akan pernah merugikan. Pastikan diri sendiri selalu punya tambahan ilmu dan kemampuan sembari terus memperkuat kemampuan spesifik. Dengan begitu, kamu tetap ber-value dan pekerjaan bisa saja mencari dan membutuhkan peranmu?Â
Suka duka pindah karier di usia tiga puluhan memang menantang, harus dipikirkan secara matang dan punya plan jangka panjang. Kalaupun berujung ingin punya usaha sendiri, tentu harus dipersiapkan mental, modal dan pemahaman menyeluruh terhadap usaha yang akan dibuka.Â
Jika ingin terus berkarier, coba pikirkan posisi yang saat ini apakah masih oke di sepuluh tahun kedepan? Jika sudah tidak oke, harus bagaimana? Mesti dianalisis dan dicari jalan keluar terbaiknya.Â
Semangat sobat kompasiner, semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel sederhana, kalau mau sharing boleh banget dikomentar ya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI