Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tasikmalaya Punya Cerita

17 Januari 2020   09:18 Diperbarui: 17 Januari 2020   09:36 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar tahun 2016-an dimalam sabtu saat itu saya dan 2 rekan (anak magang dan rekan kerja disebuah retail) merencanakan sebuah perjalanan jarak Dekat Bogor-Tasikmalaya. 

Menggunakan sebuah mobil elf yang kebetulan rekan saya Bang Asep mengajak beberapa rekan nya, yang biasa mendaki bareng dengan beliau sehingga saat itu kami patungan untuk sewa mobil, bensin, supir dan biaya masuk ke tempat wisata kurang lebih 185 ribu per orang. 

Kami memulai keberangkatan pukul 22 : 00 WIB, sepulang saya bekerja shift. Kami bertemu di Terminal Baranangsiang Bogor. Dengan perlengkapan sederhana : ransel anti air ukuran 35 liter, berisi 1 stel pakaian, makanan berat dan camilan. 

Kemudian menggunakan sepatu tali, celana bahan, kemeja, jacket waterproof dan windproof. Berbekal niat refreshing, kami mencoba menyapa satu sama lain saling bertukar cerita dan membagikan sedikit profil masing-masing. 

Terkadang melakukan perjalan dengan beberapa orang asing yang belum kita kenal menjadi sebuah challenge tersendiri bagaimana kita beradaptasi dengan cepat dan berbaur menjadi bagian dari kelompok tersebut. 

Saat itu diperjalanan karena cukup larut malam, rata-rata kami mulai tertidur namun sesekali saya merasa bahwa jalanan yang dilalui itu banyak tikungan tajamnya. Terasa mobil meliuk-liuk, untung saja aspalnya mulus. 

Kalau siang akan lebih terlihat jelas, bahwa tikungan yang tajam itu selalu ditemui disetiap tirik perjalanan. Tujuan utama kami Kawah Gn. Galunggung dan setelah itu kampung naga, serta curug terdekat. 

dokpri
dokpri
Jalan yang harus kami lalui untuk tiba di Kawah Galunggung cukup jelek, banyak bebatuan namun bisa dilalui dengan mobil. Sampai tiba di sebuah parkiran dan kami harus berjalan kaki menuju ke kawah tersebut, kami sampai disana subuh. 

Namun ada ribuan anak tangga yang menyambut, sehingga saat sampai kawah hari sudah agak siang. Tidak apa, masih sejuk dan indah pemandangannya. 

Menaiki banyak anak tangga dipagi hari menjadi kenangan tersendiri, ditemani semilir angin yang menyejukkan. Kebetulan salah satu rekan perjalanan kami ada yang membawa anak kecil usia 3/4 tahun. 

Si anak sangat semangat untuk cepat sampai ke kawah. Rasanya menyenangkan, pagi hari sangatlah ramai ada berbagai makanan dijual disana juga pernak-pernik. Kami menggelar sebuah tikar lalu menyalakan kompor dan memasak beberapa makanan, membuat teh dan kopi. 

Makan dan minum bersama sambil menatap ke sekitar, hijau dan menawan. Pukul 10 : 00 WIB ternyata kami harus menikmati ketidak enakan. Ada angin yang sangat kencang, beberapa tenda yang dibangun warga sekitar untuk berjualan mulai berterbangan. 

Cukup menakutkan, akhirnya satu persatu mulai turun, kami masih mencoba diam dan tenang. Sampai akhirnya merasa khawatir dan mencoba untuk turun dengan anak tangga lagi. 

Ada satu lokasi yang belum sempat kami jamah, di bagian bawah kawah ada sebuah telaga. Katanya ada anak tangga dan jalan yang tersedia menuju kesana. Tapi kami lewati tempat tersebut karena mulai risau dengan keberadaan angin yang semakin kencang.

Setalah berfoto dibeberapa bagian, kami memutuskan menaiki mobil lagi dan menuju ke sebuah curug. Lupa nama curugnya yang jelas air nya jernih dan cukup deras debitnya. 

Disekitar jalan yang dilalui untuk menuju ke curug ada banyak monyet yang mengikuti diatas pepohonan. Namun mereka tidak menggangu sama sekali. Setelah menikmati keindahan dan kesejukan curug. 

Kami mulai menunaikan ibadah sholat zuhur, setelah itu kembali melanjutkan perjalanan. Kampung Naga menjadi destinasi terkahir kami sebelum meninggalkan Tasikmalaya. 

Kampung naga, seperti sebuah kampung budaya. Dimana kampung tersebut belum terjamah listrik dan perlaralatan canggih. Pemandangan hijau, hamparan sawah yang tertata rapi dengan sistem terasering.

Tersedia kolam ikan dengan ikan yang cukup besar. Rumah dikampung naga masih berupa rumah panggung, ada sebuah kali. Rasanya seperti kembali ke masa-masa beberapa puluh tahun lalu. 

Perlengkapan dapur dan perkakas rumahnya masih serba manual dan tradisional. Cara berpakaian para penduduknya pun masih berkebaya dan bersarung. Mereka ramah, dan menyambut setiap tamu dengan santun. 

Dokpri
Dokpri
Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 14 : 30 saatnya kami bergegas menyambut waktu ashar dan segera berkemas untuk pulang, tanpa lupa membeli beberapa buah tangan. 

Dokpri
Dokpri
Kami sampai ke Bogor sekitar pukul 22:00 WIB. Saya sudah ditunggu bapak, di terminal. Alhamdulillah sebuah jurnal perjalanan sederhana sudah pernah saya lalui meski dengan perizinan yang sulit. Anak perempuan, sulit mendapatkan izin pergi jauh. 

Orang tua merasa khawatir dan takut si anak tidak bisa menjaga diri dan kehormatan. Wajar itu merupakan bentuk kasih sayang serta penjagaan orangtua. 

Untuk para anak gadis, silahkan berpetualang setelah memastikan rekan-rekan sepetualangan mu tipikal nya seperti apa dan tetap waspada serta berhati-hati karena rumah tetap tempat ter-aman. 

Tetap berhati-hati dan jaga etika dikanapun kita berada. Perjalanan mengajarkan banyak hal, salah satunya mengenal karakteristik asli seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun