Mohon tunggu...
Disvi Oktarinda
Disvi Oktarinda Mohon Tunggu... Editor - an amateur writer, a communications specialist, currently cooking ASEAN - BAC 2023

a caffeine-dependent life form

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ekonomi Digital Pondasi Penting ASEAN sebagai Epicentrum of Growth

11 Juni 2023   15:31 Diperbarui: 11 Juni 2023   15:32 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Sejak diimplementasikannya sistem pembayaran QR Code Indonesia Standard atau yang lebih familiar disebut QRIS pada tahun 2020 lalu oleh Bank Indonesia, transaksi keuangan kini menjadi lebih mudah dan sangat efisien terutama untuk generasi yang sekarang tidak mau repot dengan uang cash dan dompet. Momentum terpilihnya Indonesia memegang G20 Presidensi 2022 memiliki keuntungan yang besar pada bidang diplomasi global serta keuangan dan ekonomi. Salah satu agenda pada sektor keuangan yang menjadi prioritas pada Indonesia Presidensi G20 adalah Payment System in Digital Era. Dan G20 kemarin, Indonesia mematangkan inovasi sistem pembayaran digital dengan mengembangkan cross border payment dan QRIS.

Ekonomi Digital dan Pemuda Pondasi Penting ASEAN sebagai Epicentrum of Growth

Potensi ekonomi digital di ASEAN ssangat besar, pada tahun 2030 ekonomi digital ASEAN diproyeksikan mencapai USD 2 triliun dan berkontribusi sekitar 28% untuk PDB ASEAN. Potensi tersebut semakin menjajikan dengan adanya dividen demografis dimana sepertiga populasi di ASEAN merupakan pemuda. Sebagai agen perubahan, pemuda-pemuda ASEAN khusunya pemuda Indonesia memiliki peran penting untuk mengatasi tantangan di berbagai sektor dan memiliki kesempatan besar untuk membawa dampak yang besar dan bermanfaat untuk kawasan ASEAN dan global.

Salah satu isu penting di antara 125 pasal dalam Pernyataan Ketua ASEAN adalah Pasal 60 yang menyebutkan,"...dengan tujuan mencapai transformasi digital yang inklusif menuju Masyarakat Ekonomi Digital ASEAN 2045." Pernyataan ini disampaikan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang telah digelar pada tanggal 9-11 Mei lalu.

Masyarakat Ekonomi Digital ASEAN 2045

Mengapa ASEAN perlu membangun Masyarakat Ekonomi Digital ASEAN 2045?

Pertama, Pada 2003, ASEAN sepakat mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2020, yang kemudian dipercepat menjadi 2015. Pada 2011, ASEAN memutuskan untuk mewujudkan integrasi Asia Timur-nya dengan membentuk Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang mencakup 10 negara anggota ASEAN serta lima negara mitra dagang dan investasi utamanya.

Jika digabungkan, 15 negara anggota RCEP tersebut mewakili sepertiga dari populasi dunia. Negara-negara anggota RCEP juga berkontribusi terhadap 30% pendapatan domestik bruto (GDP) global, 27% perdagangan dunia, dan 30% investasi asing langsung (FDI) global, menjadikannya sebagai blok ekonomi yang tangguh dengan pengaruh yang semakin kuat dalam perekonomian global.

Kedua, mari kita mencoba memahami alasan di balik pembentukan Masyarakat Digital ASEAN 2045. ASEAN memiliki sejarah panjang kolonialisme dan imperialisme yang berlangsung sejak akhir abad ke-17 dan berlanjut hingga abad ke-20. Meskipun sudah merdeka, banyak negara di Asia yang sampai saat masih menghadapi dampak kolonialisme dan imperialisme yang berkepanjangan, seperti kesenjangan ekonomi, ketidakstabilan politik, dan konflik sosial. Dengan sejarah panjang kolonialisme dan imperialisme ini, sangat penting untuk menjaga ASEAN sebagai "kawasan damai" yang tidak berpihak dan merdeka secara politik dan ekonomi.

Dengan bercermin pada masa lalu, negara-negara ASEAN dapat lebih mampu mengatasi tantangan di masa sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih adil dan sejahtera untuk semua. ASEAN akan mampu mengatasi tantangan yang sedang dihadapi dan berupaya mewujudkan masa depan yang adil dan makmur bagi semua melalui pembentukan Masyarakat Digital ASEAN 2045.

Ketiga, ketegangan geopolitik saat ini yang diperkirakan semakin meningkat telah mengubah dunia menuju paradigma multipolar karena dominasi hegemonik telah mengakibatkan pembangunan yang tidak berkelanjutan. Perubahan ini menciptakan peluang dan momentum bagi negara-negara kekuatan ekonomi menengah yang sedang naik daun, seperti Brasil, Korea Selatan, Afrika Selatan, dan Asia Tenggara, untuk mengambil sikap dan memainkan peran yang lebih besar dalam komunitas global yang multipolar dan semakin dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun