Mohon tunggu...
Maya April
Maya April Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Kuliner & traveling

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Navigasi Regulasi Komunikasi Digital dalam Gelombang Kampanye Politik: Meningkatkan Etika dan Kredibilitas dalam Kampanye Pilpres

13 Februari 2024   11:55 Diperbarui: 13 Februari 2024   11:59 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam era digital yang semakin berkembang, fenomena kampanye politik di media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari proses demokrasi, terutama dalam konteks Pemilihan Presiden (Pilpres). Namun, semakin meningkatnya penggunaan platform digital untuk kampanye juga menimbulkan tantangan baru terkait etika, keamanan, dan kejujuran. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk merumuskan regulasi komunikasi digital yang bijak dan efektif guna memastikan integritas demokrasi. Dalam menghadapi gelombang kampanye Pilpres 2024 yang mengalir deras di media sosial, masyarakat diajak untuk merenung tentang navigasi regulasi komunikasi digital yang dapat meningkatkan etika dan kredibilitas dalam setiap langkah politik. Fenomena ini mencerahkan peran penting literasi media digital dalam menghadapi kompleksitas informasi yang meluas di berbagai platform online.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi regulasi komunikasi digital yang berkaitan dengan kampanye Pilpres di media sosial, dengan menyajikan beragam perspektif kritis dan menggali isu-isu terkini yang relevan. Menurut Everett Rogers, itu adalah tindakan menyampaikan ide-ide dari satu sumber ke satu atau lebih penerima dengan tujuan memodifikasi perilaku.

Meretas Tantangan: Menanggapi Kampanye di TikTok

Salah satu platform yang mencuat dalam kampanye pilpres adalah TikTok. Dalam platform ini, kampanye dilakukan dengan pendekatan kreatif dan menghibur. Para kandidat memanfaatkan fitur-fitur seperti video pendek, live streaming, dan tantangan untuk efektif menyampaikan pesan kepada pemilih muda. Hal ini mencerminkan adaptasi strategi kampanye politik terhadap preferensi generasi yang lebih aktif di media sosial.

Sebagai salah satu panggung utama kampanye, TikTok telah mengukir namanya dengan pendekatan kreatif dan menghibur. Para kandidat secara cerdik memanfaatkan fitur-fitur seperti video pendek, live streaming, dan tantangan untuk menjangkau pemilih muda. Meskipun demikian, keberhasilan kampanye di TikTok seringkali diukur oleh viralitas dan daya tarik konten, tidak selalu mencerminkan substansi pesan politik. Oleh karena itu, literasi media digital menjadi pilar utama agar pemilih muda mampu menyaring informasi dan membedakan antara pesan politik dan hiburan semata.

Komunikasi menurut James A.F. Stoner adalah suatu proses dimana seseorang mencoba mengirimkan pesan kepada orang lain untuk menawarkan pengetahuan dan informasi. Namun, dibalik gebrakan kreatif, muncul tantangan serius terkait kualitas dan substansi pesan politik. Viralitas konten tidak selalu mencerminkan esensi pesan, membutuhkan literasi media digital agar pemilih muda mampu menyaring informasi dan mengidentifikasi upaya propaganda atau manipulasi di tengah kampanye yang dinamis.

Kelebihan akses informasi politik yang cepat dan luas melalui media sosial disertai risiko penyebaran berita palsu, polarisasi, dan homogenisasi opini. Literasi media digital menjadi instrumen kunci dalam melatih kritisitas masyarakat terhadap informasi, mengajarkan keterampilan verifikasi fakta, dan merangsang pikiran kritis dalam menghadapi berbagai narasi politik.

Secara keseluruhan, kampanye pilpres di media sosial menawarkan tantangan dan peluang baru. Fondasi utamanya adalah literasi media digital, yang membekali masyarakat dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi fenomena ini secara bijak. Dengan memahami peran media sosial, mengkritisi konten yang disajikan, dan mempertimbangkan aspek etika, masyarakat dapat memastikan partisipasi mereka dalam proses politik tidak hanya semakin digital, tetapi juga lebih bermakna dan tercerahkan.

Dari TikTok hingga Twitter, kampanye politik di media sosial telah mengubah wajah politik modern. Namun, di balik kemewahan kreativitas, terletak tanggung jawab besar untuk memastikan integritas demokrasi. Literasi media digital adalah senjata utama kita untuk melangkah maju dengan bijak dan memastikan bahwa pesan politik benar-benar mencerminkan kepentingan rakyat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun