Mohon tunggu...
M. Wildan Sidqi Purwanto
M. Wildan Sidqi Purwanto Mohon Tunggu... Buruh Korporat

Pegiat musik rock Jogja yang nggak giat-giat amat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Grind Boys Bukan Grup Lawak Tapi Bikin Ngakak Kayak Lagi Nongkrong Beneran, Padahal Kenal Juga Kagak!

16 Juli 2025   13:19 Diperbarui: 29 Juli 2025   00:21 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trio Grind Boys ini juga punya nama aliasnya masing-masing. Wancoy dijuluki "Mr. Number" bukan karena jago berhitung. Tapi karena dia baru mau gerak kalau udah ada angkanya, alias tarif. Gofar sebagai yang paling mau menang sendiri di setiap topik, dijuluki "Mr. Undefeated". Sementara Rico kebagian nama "Mr. Honest" karena paling rajin nyelipin kata "jujur" sebagai awalan kalimat---even buat hal yang nggak perlu-perlu amat kejujuran. Julukan-julukan ini bukan sekadar lucu-lucuan, tapi justru memperjelas peran masing-masing dalam formula trio komedi; si korban, si penyerang, dan si wasit sok netral. Padahal kalau dipikir-pikir, Grind Boys ini kan bukan grup lawak, tapi pola mainnya mirip banget.


Ngajak podcast temen sekolah sendiri, yang nonton tetap betah. Aneh tapi nyata

Satu hal yang bikin Grind Boys terasa otentik dan kuat secara chemistry adalah karena mereka bukanlah trio karbitan kemarin sore. Gofar, Rico, dan Wancoy adalah karib satu almamater angkatan tahun 2001, alumni SMA 3 Jakarta Selatan. Artinya, mereka sudah melalui fase kenakalan yang panjang dari masa remaja tanggung sampai masa pria paruh baya. Makannya jangan heran kalau cerita-cerita kocak mereka kayak nggak ada habisnya.

Menariknya, konten Grind Boys nggak melulu berisi obrolan bertiga. Mereka juga reunian dengan teman sekolah yang dihadirkan sebagai bintang tamu podcastnya. Nama-namanya jelas nggak dikenal penonton, sebab bukan publik figur atau seleb medsos. Obrolannya pun tentu nggak jauh dari ngetawain kelakuan jaman sekolah dan guyonan internal yang cuma mereka yang paham. Tapi anehnya, saya tetap terhibur dan mantengin sampai habis. Begitu juga dengan ribuan Grind Gang (sebutan hard die fansnya Grind Boys) lainnya yang ikut meramaikan kolom komentar layaknya warga tongkrongan yang setor muka. Barangkali di titik tertentu, kita semua pernah punya teman sekolah yang polahnya mirip-mirip, seraya bergumam, "Iya lagi. Gue juga punya sohib kayak gini di tongkrongan SMA dulu."

Grind Boys memang bukan circle tongkrongan saya. Mereka dari distrik Jaksel sementara saya dari wilayah Sleman Timur. Mereka juga nggak ngajarin apa-apa dan nggak mencoba sok bijak. Cuma ngobrol ngalor-ngidul yang kebetulan direkam lalu diunggah ke lini masa. Tapi justru di tengah hidup yang makin serius, rasa-rasanya penting untuk kita punya ruang buat dengerin obrolan-obrolan nggak penting.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun