Mohon tunggu...
El ZHy
El ZHy Mohon Tunggu... Politisi - Penulis On LIne
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis On Line

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Kemerdekaan Sejati (Refleksi 74 Tahun Kemerdekaan Indonesia)

12 Agustus 2019   21:28 Diperbarui: 12 Agustus 2019   21:30 3768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Usia kemerdekaan negara kita telah mencapai 74 tahun. Bagaimana kita memaknai kemerdekaan sejati di negara ini? Jika kita membaca catatan sejarah apa yang kita ketahui? Diantara kita ada yang mengikuti perjalanan kemerdekaan negara ini secara penuh dan ada pula yang mengikuti hanya sebagian saja. Selama 74 tahun, sejak merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga tanggal 17 Agustus 2019, apakah kita sudah menikmati kemerdekaan sejati yang sebenarnya? Apa arti kemerdekaan sejati yang sebenarnya?

Kemerdekaan sejati itu bisa tercipta manakala bisa terbebas dari penindasan, ancaman, intimidasi dari pihak-pihak lain, Kemerdekaan berarti menghilangkan kelas-kelas sosial dalam masyarakat, menciptakan tatanan masyaarakat yang sederajat, memuliakan antara satu sama lain, kesetaraan, tidak ada kelas dalam masyarakat, masing-masing memiliki hak sebagai bangsa tanpa membedakan kultur dan kelasnya.

Lebih mudahnya, konteks di Indonesia sesuai dengan Pancasila dan UUD 45, setiap warga negara sederajat tidak ada ras, agama dan apapun yang merasa nomor satu atau nomor dua, tetapi masing-masing menghormati, memuliakan satu sama lain. Dalam tatanan dunia ada HAM yang juga senafas dengan ungkapan ini, bahwa setiap manusia sederajat.

Memaknai inti dari sebuah kemerdekaan sejati berarti bukan hanya sekedar membeberkan hal-hal yang bersifat simbolik dan normatif tentang arti sebuah kemerdekaan. 

Jauh dari pada itu, kita seharusnya dapat menemukan suatu gerakan dimana gerakan tersebut dapat menjadi penyokong yang menginspirasi seluruh elemen bangsa, untuk bergerak mewujudkan bangsa yang benar-benar merdeka dari "ketertinggalan". Merdeka dari kemiskinan dan kebodohan. Tidak hanya merdeka yang sebatas dilihat dari sisi formalis dari arti sebuah kemerdekaan yang hanya dipandang secara normatif.

Setidaknya dorongan optimis masih dapat kita dengungkan dari dalam benak kita, bahwa suatu saat nanti Indonesia akan kembali pada arah tujuan negara yang sesungguhnya. Maka dari itu, sosialisasi dari kenyataan ini nampaknya harus dilakukan untuk diindoktrinasikan ke semua elemen bangsa, termasuk masyarakat. Demi mewujudkan cita-cita bangsa yang sesungguhnya dari harapan para pendiri bangsa. 

Kesadaran semua elemen bangsa ini amat penting agar jalan yang harus dilalui oleh bangsa ini benar-benar sesuai dengan arah tujuan negara. Mulai dari kemajuan masyarakat yang madani, kemajuan ekonomi, hingga kualitas penyelenggara negara yang baik. Sekali lagi, demi mewujudkan negara yang ideal sesuai cita-cita para pendiri bangsa, dan tentunya harapan seluruh elemen bangsa Indonesia sendiri yang telah lama digariskan.

Dengan demikian, melalui peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-74 tahun dapat kiranya dijadikan sebagai momentum untuk melakukan refleksi nasional: Memaknai kembali nilai-nilai yang terkandung dalam spirit kemerdekaan untuk mewujudkan suatu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun