Mohon tunggu...
Muthi Tsania Ramdhiani
Muthi Tsania Ramdhiani Mohon Tunggu... mahasiswa sastra indonesia

Mahasiswa Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengungkap Pesona Religius pada Puisi Tuhan Karya Akhmad Taufiq Melalui Aspek Religius Sastra

16 Juni 2023   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2023   02:39 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Puisi ini berusaha memahami hubungan manusia dengan penciptanya (Tuhan) dengan berbicara tentang takdir melalui ungkapan doanya. Kutipan tersebut menggambarkan tentang takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan. Menggambarkan keyakinan bahwa malam ini bukan miliknya melainkan milik Tuhan. Hal itu menggambarkan bahwasannya terdapat keyakinan bahwa setiap waktu dan takdir telah ditentukan oleh Tuhan, dan kebanyakan setiap manusia memohon kesempatan akan takdirnya untuk mengalami dan menikmati waktu yang diberikan oleh Tuhan, sesuai dengan doa yang terdapat pada kutipan puisi di atas.

Aspek Syariat dalam puisi "Tuhan" Karya Akhmad Taufiq mencakup pelaksanaan sholat dan berdoa

Syariat pelaksaan sholat, digambarkan pada kutipan puisi di bawah ini:

"aku bersimpuh

Deraian air mata

Menusuk dalam sukmaku 

Sujud dan dzikirku

adalah saksi alam yang bisu"

kata "Sujud" dan "Dzikir" merupakan ibadah yang termaksud kedalam aspek syariat. Kata "Sujud" menggambarkan konteks syariat (Hukum agama) merujuk pada salah satu gerakan dalam ibadah sholat dalam agama Islam. Secara spiritual sujud adalah puncak penyerahan diri kepada Allah, dengan kedekatan kepada Allah inilah puncak doa akan dijabah oleh Allah dengan seluruh kebaikan yang akan diberikan kepada hambanya. Penggunaan kata "sujud" menyiratkan kepada penerahan diri dan penghambaan yang mendalam. Hamba merasakan sujud dan dzikirnya sebagai saksi bisu yang menyaksikan ketulusan dan intensitas spiritualnya. Dan kata "dzikir" bagi umat muslim merupakan dasar dari seluruh ritual ibadha, bahkan dzikir merupakan ibadah yang bebas yang artinya tidak terikat oleh waktu. Dzikir adalah cara yang tepat untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Dalam bait tersebut seperti menggambarkan bahwa hambanya yang merasa sedih, melakukan dzikir agar mendapatkan ketenangannya, bisa dilihat dari kutipan "adalah saksi alam yang bisu"

Syariat pelaksaan Berdoa, digambarkan pada kutipan puisi di bawah ini:

"aku manusia kelana,
yanq setiap waktunya tersesat
dalam gumpalam Hasrat dan nafsu kerinduan adalah angin
kesendian adalah matahari di padang pasir"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun