Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Nasi Megono, Bentuk Kesederhanaan Masyarakat Pekalongan dalam Sajian Kuliner Lokal

16 Februari 2024   21:13 Diperbarui: 17 Februari 2024   11:03 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megono Pekalongan, cacahan nangka muda yang dimasak dengan cara dikukus (dok.pri) 

Kebetulan saya pernah memakan Megono dari bahan dasar sayur kacang panjang dan buncis. Hampir serupa dengan urap namun berbeda bumbu. Waktu itu saya menemukannya di Kota Kendal.

Tak peduli bahan apa yang digunakan untuk membuat Megono. Intinya, kata "Megono" selalu mengantarkan ingatan pada saya mengenai tanah kelahiran dan masa kecil yang penuh tantangan.

Masih ingat rasanya ketika pagi hari, saya diminta ibu menuju ke penjual nasi langganan, membawa uang Rp 5000. Berbekal uang Rp 5000 tersebut, saya sudah bisa membeli 3 bungkus nasi, 2 mangkok bubur dan 5 tempe goreng. 

Dalam 1 bungkus isinya, nasi lumayan banyak, Megono, Mie Kenyol dan Orek-orek (oseng tempe). Sederhana bukan? Tapi rasanya jangan ditanya, sangat nikmat. Terlebih ketika dimakan masih hangat dalam kondisi perut lapar.

Mengenal Megono sebagai Makanan Zaman Penjajahan

Anak zaman now mungkin mengenal Megono hanya sebagai kuliner khas Pekalongan. Padahal, Megono lebih dari sekadar itu. Foodie unik yang satu ini punya nilai sejarah dan budaya tersendiri. 

Nilai sejarah dan budaya memulai terciptanya Megono sebagai hidangan para pejuang. Megono berasal dari kata bahasa Jawa merga (karena) dan ana (ada). 


Megono dibuat sebagai pengganjal perut para pasukan Kesultanan Mataram di bawah pimpinan Bahureksa yang hendak berperang melawan VOC di Batavia pada tahun 1628.

Masa-masa perang tentu bukan hal yang mudah. Perekonomian rakyat yang masih kocar-kacir kala itu membuat bahan makanan sangat sulit didapat.

Suatu waktu, rombongan pasukan Mataram memasuki wilayah Kabupaten Pekalongan untuk beristirahat di perkampungan penduduk dalam kondisi kelelahan dan lapar. 

Melihat itu, masyarakat merasa simpati ingin membantu para pasukan yang sudah terkulai lemas. Mereka berusaha mengumpulkan bahan makanan sebisanya. 

Namun, dengan kondisi yang serba terbatas para penduduk hanya mendapatkan kerak nasi tanpa adanya sayur. Inisiatif untuk mencari sayur pun muncul. Diperolehlah nangka muda yang saat itu menjadi buah yang banyak ditanam masyarakat Kabupaten Pekalongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun