Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama FEATURED

Sama Seperti Manusia, Hewan Juga Layak untuk Dipedulikan

19 Desember 2020   16:08 Diperbarui: 15 Oktober 2021   06:33 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pexels/Matheus Bertelli via Nakita.grid.id

Suatu hari ketika saya sedang makan bersama teman-teman kos di sebuah warung lesehan, seekor kucing yang tengah hamil datang mendekati kami. Dia mengeong pelan dan memandangi kami dari jarak sekitar 2 meter.

Saya yang kala itu tengah memakan ikan goreng, memberikan setengah daging ikan yang tersisa di piring kepada kucing tersebut. Tak lama, teman-teman kos saya juga memberikan daging ikan pada si kucing. Mereka sepertinya juga kasihan melihat kondisi si kucing yang kurus dan tak terawat, hamil pula.

Setelah makanan habis, seperti biasa kami ngobrol-ngobrol santai sembari sesekali menyeruput minuman. Kami hampir lupa dengan keberadaan si kucing untuk beberapa waktu sampai terdengar bunyi raungan keras. Ternyata pemilik warung makan telah menendang si kucing hingga terjungkal. Raungan itu berasal dari kucing tadi.

Kontan, saya dan teman-teman langsung berteriak pada si pemilik warung,

"Bu, jangan di tendang donk kucingnya, kasihan, dia itu nyari makan lho. Ntar kalau dia kenapa-napa gimana? Kalau mau ngusir, pakai cipratan air aja udah cukup lho!"

Si pemilik warung cukup terkejut dengan teriakan kami, ia hanya angguk-angguk kepala sambil membereskan piring-piring pembeli, lantas pergi menuju tempat pencucian piring.

Jujur, kala itu saya memang takut dengan kucing, karena pernah memiliki pengalaman dicakar hingga terluka. Namun, saya tak pernah menendang atau memukul apabila mereka mendekat. Saat hendak mengusir, saya biasanya menciprat-cipratkan air sedikit atau menyabetkan tebah ke lantai agar mereka menjauh.

Sejak melihat kejadian "penendangan" itu, pikiran saya kacau. Rasanya overthinking dengan nasib si kucing, meskipun saya bukan pelaku yang menendang. Tapi tiap membayangkan kejadian itu rasanya nyesek minta ampun. Saya seolah membayangkan bila kucing tersebut adalah saya. Itu sungguh tindakan menyakitkan.

Bila saja si kucing mampu berbicara pada manusia, mungkin dia akan berkata 

"Jangan tendang saya Bu, mohon beri saya makanan, sedikit saja, saya membutuhkan nutrisi untuk anak saya"

Ah! Saya jadi ingin menangis mengingat kejadian itu kembali. Tapi bagaimana pun itu sudah berlalu. Melalui tulisan ini, saya hanya ingin berbagi pengalaman dan opini. Tujuannya, supaya kejadian menyakiti hewan seperti yang pernah saya saksikan tak terulang kembali. Hewan apapun itu!

***

Sama seperti manusia, hewan juga memiliki perasaan dan ingin dicintai. Meski terkadang, kita tak mampu melihat bagaimana mereka mengekspresikan perasaan-perasaan itu, namun kita bisa melihatnya melalui tindakan-tindakan yang para hewan lakukan.

Misalnya seekor anjing yang merasa ketakutan, ia akan mengarahkan telinganya ke belakang, pupil mata melebar, tubuhnya merendah, dan ekornya diselipkan di antara kedua kaki belakangnya. Lalu, ketika anjing merasa bahagia, ia akan menaikkan telinga, melebarkan pupil, mengibas-ngibaskan ekornya dan menjulurkan lidahnya. (Sumber : Brilio.net)

Begitu pun dengan hewan lainnya, mereka memiliki cara masing-masing untuk mengekspresikan perasaan agar mendapat perhatian dari pemiliknya (jika hewan peliharaan) atau orang di sekitar (jika hewan liar).

Layaknya manusia, hewan juga memiliki perasaan dan ingin dicintai (Sumber: Beritagar)
Layaknya manusia, hewan juga memiliki perasaan dan ingin dicintai (Sumber: Beritagar)

Bila kamu pecinta film, mungkin kamu pernah menyaksikan Hachiko Monogatari. Sebuah kisah mengenai seekor anjing yang begitu menyayangi pemiliknya. Saking cintanya Hachi pada sang pemilik, ia bahkan rela menunggu berjam-jam di luar stasiun untuk menjemput.

Sedihnya, ketika sang pemilik meninggal dan tentunya tak akan pernah muncul lagi dari stasiun, Hachi tetap setia menunggu. Adegan tersebut sungguh membuat tiap orang mampu menitikkan air mata. Ah, sekali lagi saya menangis mengingat film tersebut.

Hachi adalah kisah nyata. Di Jepang, tepatnya di stasiun Shibuya, pengunjung bisa menemukan patung seekor anjing Ras Akita. Itulah Hachiko. Melihat betapa besarnya perasaan Hachi terhadap pemiliknya, Profesor Ueno, membuat setiap orang kagum. Luar biasa bagaimana seekor anjing mampu memberi perasaan pada manusia.

Hewan---baik liar maupun peliharaan---pasti memiliki keinginan untuk dicintai secara layak. Paling tidak, mereka berkeinginan hidup tenang tanpa terusik sedikit pun. Sayangnya, beberapa orang tak memahami kondisi itu. Mereka tak memikirkan bahwa hewan juga makhluk hidup. Hewan memiliki rasa sakit, rasa takut dan membutuhkan rasa nyaman.

Kita mungkin masih ingat dengan pemberitaan mengenai hewan yang kerap mendapat siksaan. Entah dipukul, diberi minuman keras, diracun, diinjak, ditusuk, dan masih banyak lagi. Apa salah mereka? Mereka mungkin nakal selayaknya perilaku hewan. Tapi jika kenakalan itu dibalas dengan tindakan keji dari kita, itu tidak adil, kawan!

Terkecuali jika hewan di sekitar kita berpotensi membahayakan. Misalnya anjing yang terkena rabies atau ular Cobra yang kemungkinan membunuh melalui bisa mereka. Kita boleh-boleh saja mengambil tindakan yang dibutuhkan, termasuk membunuh. Tapi pada hewan yang tak mengancam nyawa, ya jangan pernah usik kenyamanan mereka.

Saya pernah melihat hewan peliharaan yang tak dirawat dengan semestinya oleh si pemilik. Seekor kucing jenis Anggora terlihat memiliki luka borok yang begitu banyak dan bulu yang menggumpal. Saat saya tanya pemiliknya mengenai kondisi si kucing, pemilik hanya mengatakan bahwa tak ada biaya untuk pengobatan si kucing.

Saya memahami sekilas mengenai alasan pemilik. Namun kalau dipikir mendalam, harusnya ia paham, konsekuensi dari memiliki hewan peliharaan ya harus menanggung biaya perawatan, vaksin, dan pengobatan. Apalagi Anggora adalah jenis kucing rumahan yang tak sembarangan hidup seperti kucing liar. Menyoal ketahanan pun pastilah berbeda.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna di antara makhluk hidup lain. Tak heran, manusia berada di deretan teratas rantai makanan. Jika sudah begini, tingkat kebergantungan makhluk hidup lain tak lepas dari peran manusia, terutama untuk hewan peliharaan. Manusia lah yang harus menjaga dan memiliki kepedulian pada mereka.

Belajar Peduli pada Hewan melalui Channel "Kritter Club"

Siapa yang akan peduli dengan hewan jalanan, hewan yang dikenal kumal, tak memiliki rumah dan pemilik. Andai hewan-hewan liar itu sakit pun, jarang ada manusia peduli dengan nasib mereka. Tapi berbeda dengan cerita yang dibagikan oleh akun youtube bernama Kritter Club.

Kritter Club merupakan sebuah channel asal Korea Selatan yang membagikan kisah-kisah menolong hewan yang penuh inspirasi dan keharuan. Mereka (pecinta hewan) mulanya menceritakan kisah tentang perjuangan hewan liar di sekitar mereka. Bisa tentang kucing, anjing, tupai, kelinci atau hewan apapun.

Sumber gambar: IDN Times
Sumber gambar: IDN Times

Bila saya amati, kucing dan anjing liar menjadi hewan yang sering muncul di Kritter Club. Salah satu kisah mengharukan dan menguras air mata bagi saya adalah ketika menolong kucing liar yang hidup di saluran air selama bertahun-tahun. Kucing tersebut takut pada manusia dan dunia luar. Tak heran, ia selalu bersembunyi. Hanya saat makanlah si kucing mau keluar, itu pun secara senyap.

Para penolong yang terdiri petugas penyelamat hewan, dokter dan pemilik rumah awalnya cukup kesulitan mengambil si kucing karena kondisi saluran air yang sempit serta gelap. Tetapi dengan usaha yang keras selama berjam-jam, mereka akhirnya berhasil mengevakuasi si kucing dan membawanya ke tempat perawatan hewan untuk ditangani secara medis.

Ada rasa puas tersendiri tatkala saya melihatnya. Air mata, harapan dan doa selalu muncul melalui mulut ini ketika menyaksikan kebaikan orang-orang yang mau peduli pada hewan-hewan liar di sekitar mereka.

Tak jarang, melalui Kritter club, hewan liar mendapat pemilik baru yang akan merawat dengan sepenuh hati. Well, dari channel atau media sosial semacam Kritter Club kita bisa belajar mempedulikan hewan. Merawat mereka dengan sepenuh hati ketika sakit. Siap sedia menyelamatkan saat tahu para hewan itu mengalami kesulitan.

Saya yakin, jika jiwa mengasihi dan peduli telah tertanam pada diri masing-masing orang, tidak akan ada lagi keinginan manusia untuk menyiksa binatang. Minimal, tak ada keinginan lagi untuk mengusik ketentraman mereka dengan melakukan tindakan-tindakan yang menggangu.

Kawan, Tuhan menciptakan hewan sama seperti halnya manusia. Mereka memiliki keinginan untuk disayangi, dipedulikan atau minimal tidak diganggu kehidupannya. 

Kritter Club mungkin bukan satu-satunya channel yang membahas tentang penyelamatan hewan. Namun melalui channel tersebut setidaknya kita bisa belajar bahwa masih banyak manusia-manusia baik di dunia ini dan masih banyak hewan-hewan di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan. 

Yuk menjadi sosok penuh kasih dengan mencintai setiap makhluk yang Tuhan ciptakan. Jangan sampai kejadian penendangan kucing yang pernah saya saksikan dulu terulang karena matinya rasa peduli yang kita miliki. 

Semoga Tuhan memberikan kebaikan dan rizki pada kita semua sehingga kita bisa mengasihi hewan di sekitar kita, entah liar atau peliharaan. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun