Mohon tunggu...
MUTIARA ANGGRAENI TABEO
MUTIARA ANGGRAENI TABEO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Memindahkan imaji dan opini yang menumpuk di dalam kepala, ke kepala lainnya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat Politik Mencuri Cinta: Memadamkan Api di Tengah Bara Euforia Pemilu dengan Memperkuat Makna Valentine

6 Februari 2024   11:10 Diperbarui: 6 Februari 2024   11:24 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
iStock credit: pijama61

Penulis: Mutiara Anggraeni tabeo

 

Hubungan antara Valentine dan Pilpres 2024

Valentine sejatinya momentum untuk mengekspresikan cinta kasih, baik terhadap pasangan maupun sesama manusia. Ini kesempatan emas mengingatkan pentingnya menjaga hubungan harmonis di tengah kesibukan hidup.

Sementara itu, Pemilu adalah pesta demokrasi dan kedaulatan rakyat yang tak boleh dilupakan. Partisipasi dalam pemilu adalah hak dan tanggung jawab setiap warga negara.

Momentum Valentine tahun ini bertepatan dengan euforia Pemilihan Presiden (Pilpres) yang makin memuncak. Sayangnya, kepanasan situasi politik tanah air saat ini justru berisiko meretakkan hubungan, baik romantis maupun persaudaraan. Kepanasan situasi politik ini terlihat dari maraknya konten provokatif dan black campaign di media sosial. Konten-konten tersebut kerap menyulut emosi dan perdebatan yang memecah belah masyarakat. Akibatnya, hubungan asmara dan persahabatan yang dibangun bertahun-tahun bisa kandas hanya dalam sekejap.

Sangat memprihatinkan saat Pilpres justru memicu perpecahan di tengah masyarakat. Sentimen dan rivalitas antar pendukung kubu capres yang begitu kuat, membuat hubungan di masyarakat menjadi renggang. Tali silaturahmi dan kepedulian sesama yang biasanya diperkuat menjelang Valentine, kini justru memudar.

Kita tentu bisa melihat betapa Pilpres memicu perpecahan di berbagai lini. Banyak hubungan percintaan kandas ditengah perbedaan dukungan capres. Persaudaraan dan silaturahmi antar kerabat juga renggang lantaran hal yang sama. Sementara itu, sebanyak 67% responden mengaku hubungan dengan saudara atau teman menjadi renggang lantaran beda pilihan capres.

Para psikolog menilai, kondisi ini sangat riskan jika dibiarkan terus berlarut. Trauma dan rasa curiga berkepanjangan pada kelompok tertentu dapat mengakar kuat pasca pilpres. Apa yang harus kita lakukan dengan kondisi ini? Diperlukan upaya serius dari berbagai pihak untuk meredakan suhu politik dan mengingatkan pentingnya menjaga tali silaturahmi

Karena kondisi ini sungguh disayangkan. Maka dari itu Seharusnya, meski berbeda pandangan politik, nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang dan kepedulian tetap dijunjung tinggi, terlebih menjelang Valentine. Perayaan kasih sayang ini sepatutnya menjadi momentum persatuan, bukan perpecahan.Kondisi ini harus kita sikapi dengan baik mengingat angin panas dari pilpres yang benar-benar membuat beberapa kelompok menjadi sensitive.

Padahal jika ditelaah lebih dalam, Valentine dan Pilpres sama-sama mempunyai makna penting bagi kehidupan berdemokrasi. Valentine mengingatkan kita akan pentingnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan seperti cinta kasih dan empati di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun