Mohon tunggu...
Mutiara Aisyah Fajariyah
Mutiara Aisyah Fajariyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mutiara Aisyah Fajariyah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Human Security Aspect of Terror: Aksi Tragis Pembantaian Terrorisme di Mozambik

4 Juli 2021   11:41 Diperbarui: 4 Juli 2021   11:48 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Human Security Aspect of Terror: Aksi Tragis 'Pembantaian' Terrorisme di Mozambik

Oleh Mutiara Aisyah Fajariyah

Di tengah gentingnya pandemic Covid-19, kelompok terrorisme ini masih terus melaksanakan aksi terrornya yang mengatasnamakan Jihad. Pembantaian di Mozambik, Afrika Selatan, dilaksanakan sangat tragis. Dengan memenggal 50 kepala dan memutilasi tubuh yang tak segan-segan dilaksanakan di lapangan sepak bola (BBC News Indonesia, 2020). 

Kejadian ini dilaporkan kejadian terbaru dan lanjutan dari serangan brutal aksi terorisme di provinsi Cabo Delgado pada 2017 lalu. Kelompok Jihadis tersebut dilaporkan memiliki hubungan dengan ISIS. 

Selain melakukan pemenggalan, kelompok Jihadis tersebut juga menembak, membakar, menculik, dan menggerebek rumah-rumah warga khususnya warga desa Nanjaba, dengan terus menyerukan 'Allahu Akbar'. Aksi terrorisme ini berlangsung selama tiga hari dan pemerintah sendiri mulai bergerak tanggal 11 November 2020 ketika salah satu warga melaporkan adanya mayat-mayat di lapangan sepak bola.

Pandangan saya, tentunya peristiwa yang terjadi di Mozambik tersebut menunjukkan bahwa kurangnya rasa toleransi dan paham radikalisme masih tumbuh di tengah masyarakat Mozambik. 

Radikalisme sendiri sering kali dikaitkan dengan keagamaan. Bagaimana kelompok masyarakat tersebut sangat 'fanatik' terhadap kepercayaan agamanya, sehingga jika ada sesuatu hal yang di rasa tidak cocok dengan nilai keagamaannya harus segera di ubah. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas terrorisme yang dipercayai merupakan Gerakan Jihad yang mengatasnamakan Islam dan bertujuan untuk menegakkan kepemimpinan Islam di wilayah tersebut (Muhammad Taufiq, 2020). 

Mozambik sendiri memang memiliki presentase 18,9% untuk penduduk beragama Islam (Kementerian Luar Negeri Indonesia). Aksi terrorisme ini memang ditujukan oleh kelompok Jihadis untuk mengubah dan menjadikan kekhalifahan Islam di negara tersebut. 

Berbagai seruan yang menuju pada agama Islam selalu dilontarkan oleh anggota kelompok Jihadis tersebut, seperti halnya "Kami ingin semua orang di negeri ini untuk menjalankan Syariah Islam" "Kami tidak ingin di perintah oleh kaum kafir, kami ingin diperintah oleh Allah" (detikNews, 2020).  Kelompok Jihadis tersebut tidak segan-segan menargetkan masyarakat yang bahkan beridentitas sesama Muslim yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka.

Terorisme sendiri merupakan suatu tindakan radikal yang bersumber dari doktrin yang memfokuskan pada kepercayaan manusia. Paham radikalisme menjadi akar dari tumbuhnya tindakan terorisme. Radikalisme sendiri merupakan suatu tindakan yang menginginkan suatu perubahan secara menyeluruh terhadap suatu tatanan ataupun nilai, dengan tindakan kekerasan dan aksi ekstrem (BNPT, hlm.1). 

Orang yang percaya akan paham radikalisme ini cenderung bersifat revolusioner, hal ini karena mereka selalu menganggap nilai kepercayaannya pasti benar dan yang lain salah. Aksi terorisme sendiri menargetkan orang-orang biasa yang tidak bersalah. Hal ini bertujuan untuk menciptakan ketakutan dalam pikiran mereka sehingga mereka mulai merasa tidak aman.

Konsep keamanan sendiri sudah lama dipahami sebagai bentuk kekhawatiran terhadap ancaman yang dihadapi oleh negara, seperti ancaman militer, ancaman territorial, dan lain-lain. Namun, seiring berjalannya waktu konsep keamanan ini mulai berkembang dengan ruang lingkup yang lebih luas, yaitu mencakup mengenai keamanan terhadap manusia. 

Akhirnya muculah suatu konsep keamanan yang berfokus pada manusia, yang hadir untuk memberikan rasa aman bagi manusia, yaitu konsep Human Security. UNDP mengidentifikasi human security dalam tujuh elemen, yaitu economic security, food security, health security, environmental security, personal security, political security, dan community security.

Dalam hal ini, saya menganalisis kaitan aksi terorisme yang terjadi di Mozambik ini dengan konsep community security sebagai salah satu bagian dari elemen human security. 

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa aksi terorisme ini dilaksanakan oleh kelompok jihadis yang ingin melakukan suatu perubahan terjadap system pemerintahan di negara Mozambik dengan Syariat Islam. Dalam pembahasan keamanan komunitas (community security) sendiri berkaitan dengan politik identitas dan konflik yang berbasis ras, suku, agama, dan lain-lain (Ikhsan Yosarie, 2019).

Presiden Filipe Nyusi dengan cepat mengirimkan pasukan militer Mozambik untuk memukul mundur para kelompok Jihadis dan membantu penyelamatan masyarakat. 

Dalam aksi pemukulan mundur kelompok Jihadis tersebut berhasil dilakukan oleh kelompok militer Mozambik, presiden Nyusi menyatakan bahwa 'Bantuan Internasional tidak datang untuk menggantikan pasukan militer Mozambik, melainkan sebagai bentuk dukungan terhadap Mozambik sendiri. Ini dilakukan atas dasar kedaulatan' (CNN Indonesia, 2021). 

Selain itu, presiden Nyusi juga menyatakan bahwa pemerintah Mozambik sangat mengingikan masyarakat yang menjadi bagian kelompok teroris untuk keluar, dan pemerintah Mozambik akan siap untuk menerima kembali. Namun, kelompok HAM menyatakan bahwa tindakan militer dari pasukan militer Mozambik juga menyalahi aturan hukum kemanusiaan, dimana pasukan militer melakukan penindasan, kekerasan, dan pembunuhan di luar hukum.

Dalam merespon aktivitas terorisme ini, saya kurang setuju dengan tindakan militer yang diluncurkan pemerintah Mozambik. Dalam menyelesaikan akar terorisme, kebijakan jangka pendek, menengah, dan panjang secara rasional harus dipikirkan oleh setiap negara. Dalam artikel 51 dari Piagam PBB menyatakan bahwa aksi militer diperbolehkan untuk menjalanan self-defense, namun tetap harus sesuai dengan perangkat hukum internasional yang berlaku (Philips J. Vermonte, hlm.34). 

Menurut saya, kebutuhan psikologi masyarakat harus lebih dahulu dipersiapkan dengan matang. Bagaimana rasa toleransi harus hadir ditengah kehidupan sosial masyarakat dan bagaimana negara harus terus melaksanakan sosialisasi terhadap definisi lebih mendalam mengenai jihad, paham radikalisme, dan terrorisme. 

Hal ini juga disampaikan oleh salah satu mantan terpidana terrorisme bom bali 1 di indonesia, Ali Imran, yang disampaikan di tvOne News pada 29 Maret 2021, bahwa sosialisasi di masyarakat itu sangat penting agar masyarakat mengerti fakta sebenarnya terkait aktivitas terrorisme. Ali menambahkan bahwa masyarakat mudah dipengaruhi oleh kelompok radikal karena tidak mengerti fakta sebenarnya dan tidak bisa mengantisipasi adanya paham radikalisme tersebut. 

Selain itu, pemberantasan aktivitas terrorisme juga harus dilakukan dengan maksimal, artinya menginvestigasi secara menyeluruh rantai dari kelompok terorisme tersebut, sehingga bisa diberantas hingga akarnya.

Reference:

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorisme -- ISIS. Jurnal. Hlm. 1. (Di akses pada 16 Juni 2021).

BBC News Indonesia. 10 November 2020. Kelompok Jihadis 'Penggal Lebih Dari 50' Orang di Mozambik. (Di akses pada 17 Juni 2021).

CNN Indonesia. 8 April 2021. Presiden Mozambik Mengaku Usir ISIS dari Kota Palma. (Di akses pada 17 Juni 2021).

detikNews. 16 April 2020. Kelompok Tak Dikenal Deklarasikan Khilafah Islam di Mozambik. . (Di akses pada 17 Juni 2021).

Kementerian Luar Negeri Indonesia. Keterangan Umum Negara Republik Mozambique. (Di akses pada 17 Juni 2021).

Taufiq, Muhammad. 11 November 2020. Jihadis Penggal 50 Orag Lebih di Mozambik, Eksekusi di Lapangan Sepak Bola. (Di akses pada 17 Juni 2021).

tvOneNews. 29 Maret 2021. Ali Imron: Masih Banyak yang Rebutan untuk Daftar Aksi Bom Bunuh Diri. (Di akses pada 18 Juni 2021).

Vermonte, Philips J. Isu Terorisme dan Human Security: Implikasi terhadap Studi dan Kebijakan Keamanan. GLOBAL Vol. 5 No. 2 Mei 2003.

Yosarie, Ikhsan. 26 Agustus 2019. Gagalnya Keamanan Manusia Masyarakat Papua. Tempo. (Di akses pada 17 Juni 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun